Complete [Chapter 2]

Complete

Chapter 2Perfect for Me

 [—My heart used to think that it would be okay to be alone like a fool. But I met you.]

.

.

Aku tak yakin dengan nama perasaan yang kini kurasakan, tapi orang-orang menyebutnya cinta.

Namun yang masih menghantui benakku hingga sekarang, kenapa aku bisa jatuh cinta padamu yang bahkan tak terlalu kukenal? Mereka bilang, cinta itu buta. Tak memandang apa pun, karena cinta adalah reaksi—tak dapat ditebak, dan tanpa aba-aba.

Aku mencintaimu, Bodoh. Kenapa kau tak tahu?

“Sungmin-a?”

Tentu saja tidak. Kau terlalu sibuk dengan Yesung-hyung dan mengabaikan sekelilingmu. Dan, yah, bukan berarti kita sering mengobrol hingga kemungkinan untuk membuatmu sadar sebesar itu. Aku hanya satu dari beberapa orang yang menaruh hati padamu, bukan?

Kau tidak cocok denganku. Menyebalkan, tengil, kekanakkan—aku bosan melihat sikapmu di klub musik. Jauh sekali dengan sikapku yang bagai bunga berduri—meski mungkin menarik, tapi perlu dua kali berpikir untuk didekati.

“Err, Sungmin… –ssi?”

Dan kenapa pula kau bercerita tentang orang yang kau cinta di depan orang yang mencintaimu? Cho Kyuhyun benar-benar payah. Kau bahkan tak menyadari bahwa orang yang kuceritakan beberapa hari lalu—orang yang membuatku patah hati—adalah dirimu.

Sialan. Sialan. SIALAN.

“Sungmin—“

“Berisik.”

Kau tahu apa yang lebih memuakkan? Aku tetap saja masih mencintaimu.

#

Jadi, begini situasinya sekarang.

Yesung masih tak mengerti—entah kapan ia akan mulai mengerti. Ia semakin tak mengerti lagi setelah beberapa hari ini dua adik tak sedarahnya itu seolah… memperebutkannya.

Fudge. Apa-apaan?

Sungmin selalu datang di saat Kyuhyun menempel dengannya, begitu pula sebaliknya. Kepalanya terasa sakit dikarenakan tak menemukan jawaban tepat dari semua kemungkinan yang ada; tapi otak menengah ke atasnya menarik kesimpulan bahwa sebenarnya bukan ia yang diperebutkan oleh mereka.

Entah dengan maksud apa, dan maksud itu membutuhkan dirinya.

Atau justru harus menyingkirkan dirinya.

Ia bergidik membayangkan dirinya menjadi target incaran yang harus disingkirkan. Memangnya dia salah apa? Yesung tak merasa ia melakukan kesalahan. Dan dia netral. Bahkan di saat Kyuhyun atau Sungmin memiliki masalah dengan seseorang, ia masih saja netral dan berkata bahwa di setiap permasalahan, tak ada yang benar dan salah—karena yang benar pasti tetap punya kesalahan, dan yang salah masih punya kebenaran.

Lalu… apa?

Sesampainya ia di perpustakaan, Yesung dapat melihat Sungmin dan Kyuhyun tengah bersama. Ia tak pernah tahu dua orang itu memiliki sebuah hubungan pertemanan. Sungmin hidup karenanya, sedangkan Kyuhyun hidup deminya. Dua pemuda itu seolah tak memerlukan siapa pun asal ada dirinya.

Dan sekarang, kedua adik tersayangnya itu sedang bersama.

Menguping sedikit tidak ada salahnya, ‘kan?

#

“Kau ini berisik sekali,” gerutu Sungmin kesal. Ia terpaksa menyelesaikan kegiatan melamun yang ia lakukan dikarenakan Kyuhyun datang dan memanggil namanya seolah ia adalah manusia yang baru sadar dari koma panjang dan butuh disadarkan.

Mengganggu.

“Kau ini galak sekali,” balas Kyuhyun tak terima. Meski banyak kursi yang tersebar, ia lebih memilih untuk duduk di atas meja tepat di hadapan Sungmin. Sedikit-banyak, rasanya ia semakin akrab dengan pujaan hatinya itu meski komunikasi tak terlalu sering menemani.

Sungmin menutup bukunya, sudah tak tertarik sama sekali—sejak awal, sebenarnya. Mata rubahnya menatap sepasang onyx Kyuhyun dalam diam. Saling bertukar pandang selama beberapa detik sebelum mengalihkan pandangan secara bersamaan.

Wajah keduanya merona. Degup jantung semakin cepat. Kegugupan secara tiba-tiba.

“Untuk apa kau menemuiku?” tanya Sungmin akhirnya. Pemilik marga Lee itu masih menolak untuk menatap wajah Kyuhyun—takut kejadian sama terulang, atau ia tertangkap basah sedang mengamati dalam diam. Yang manapun sama buruknya.

Kyuhyun memejamkan mata. Rasanya bosan dan lelah bermain ayo-perebutkan-Yesung dengan Sungmin. Lagipula, sebenarnya ia hanya berniat memisahkan Sungmin dari Yesung jika keduanya sedang bersama. Ia tak suka, kesal, atau dengan kata lain, cemburu teramat sangat.

Tapi ia tahu tak memiliki hak. Dan, yeah, Sungmin mencintai Yesung—menurutnya.

“Jika kau mencintai seseorang, dan orang itu tengah mencintai orang lain, apa yang akan kau lakukan?”

“Aku tidak akan melakukan apa pun.”

Itulah yang sedang kulakukan, dan rasanya bodoh sekali, batin Kyuhyun sebelum akhirnya meringis. “Tak memiliki niat untuk menyatakan perasaanmu?” pancingnya lagi. Siapa tahu saja jawaban Sungmin bisa menimbulkan keberanian dalam dirinya.

Di luar perkiraan, Sungmin menunjukkan seringai tipis. “Untuk apa?” Mata bulatnya melirik jendela yang memperlihatkan langit biru. “Untuk apa menyatakan perasaanmu jika kau tahu akan ditolak?”

Sungmin tersenyum miring. Baginya, pertanyaan yang Kyuhyun lontarkan adalah pertanyaan tak berguna. “Kyuhyun-a, orang-orang berbohong ketika mereka berkata bahwa menyatakan perasaan akan membuatmu merasa lebih lega meski kau tahu akan ditolak,” jelasnya tanpa ekspresi. “Kau akan semakin terpuruk dan merasa gagal. Bisa saja kau semakin ingin memilikinya,” sambungnya lagi—mungkin ini adalah percakapan terpanjang nomor dua di hidupnya; yang pertama telah ia pecahkan ketika berdebat dengan Yesung.

“Cinta itu egois dan menuntut balasan.”

Tak lama setelahnya, Sungmin meninggalkan perpustakaan.

#

Kyuhyun tahu hatinya tak lagi retak, melainkan berubah menjadi serpihan kecil yang tak berguna.

Entahlah. Rasanya ia ingin berkata bahwa Sungmin itu bodoh. Kenapa pula ia berkata seperti itu di hadapan orang yang ingin menyatakan perasaannya pada orang yang dicintainya?

Atau mungkin salahnya karena bertanya pada Sungmin yang kelewat stoic.

Dasar tidak peka.

“Perkataan Sungmin ada benarnya juga, sih,” sahut Yesung yang tiba-tiba datang. Kyuhyun menghela napas. Semua orang seperti tengah memojokkannya sekarang. “Tapi salahnya juga banyak.” Mulai tertarik, Kyuhyun menolehkan kepala. “Cinta juga bermacam-macam, Kyu. Bagaimana dengan cinta yang kau rasakan?”

Rumit sekali. Kyuhyun menyandarkan punggungnya pada tembok, lalu memejamkan mata. “Molla. Aku mencintainya, hanya itu, Hyung,” jawabnya pelan. Ternyata jatuh cinta itu luar biasa melelahkan.

Yesung tersenyum. “Kurasa lebih baik kau menyatakan perasaanmu, Kyu.”

#

Lee Sungmin adalah orang yang realistis. Ia benci mencoba hal yang sudah pasti mustahil.

Percakapannya dengan Kyuhyun terasa begitu menyebalkan. Ia memang tidak cocok dengan lelaki ikal itu. Rasanya semua pendapat dan pemikirannya akan bertolak belakang dengan pendapat dan pemikiran Kyuhyun jika mereka dipasangkan dalam kelompok diskusi bersama.

Namun bertolak belakang artinya saling melengkapi, ‘kan…?

Sungmin mencebik. Konyol sekali, pikirnya seraya menendang batu sekuat tenaga—Yesung bisa mengamuk jika ia meninju tembok hingga tangannya berdarah seperti beberapa waktu lalu. Lagipula rasa sakitnya bukan apa-apa jika dibandingkan dengan rasa sesak di dadanya.

Seingatnya, ia tidak terlalu mencintai Kyuhyun. Tapi kenapa perasaannya seperti bertambah dua kali lipat dari hari ke hari? Menyedihkan. Jatuh cinta adalah salah satu hal paling menyedihkan bagi Lee Sungmin. Terlalu abstrak, terlalu beresiko, terlalu menyesakkan.

“Kau mencintai Yesung-hyung, ‘kan?”

Kenapa dia harus muncul lagi, sih? Sungmin menatap tajam, namun Kyuhyun tak gentar. “Dia cinta pertamaku saat sekolah dasar. Apa yang kau harapkan?” balasnya sarkastis. Perasaannya untuk Yesung telah hilang setahun lalu—saat ia jatuh cinta pada Kyuhyun.

“Kau masih mencintainya, bukan? Dia yang membuatmu patah hati?”

Sebenarnya Sungmin tergoda untuk mengambil batu bata di dekat kakinya dan melemparkan batu itu pada wajah Kyuhyun, tapi dia tak boleh melakukannya. “Jangan sok tahu.” Kakinya kembali melangkah, menendang apa pun yang menganggu jalannya. Sedangkan Kyuhyun mengikuti dari belakang.

“Nyatakan saja perasaanmu padanya.”

Kenapa bocah itu sok tahu sekali? Seperti cupid gagal saja.

“Dengarkan aku.” Sungmin menarik napas, menyiapkan hatinya. Peduli apa dia. “Untuk apa kau menyuruh orang lain menyatakan cinta pada orang yang kau cintai? Bodoh juga ada batasnya, asal kau tahu,” ucapnya penuh kesabaran.

Yang mencintai Yesung itu Kyuhyun, kenapa harus Sungmin yang menyatakan perasaannya?

“Kau bicara apa?” Kyuhyun mengerjap bingung. “Aku? Mencintai Yesung-hyung?” ulangnya tak percaya. Sungmin pasti sudah gila. Kenapa dia harus mencintai kakaknya sendiri? Walau kakak tiri, tetap saja…

“Siapa lagi?”

Kyuhyun menahan diri untuk tak meledak sekarang juga. Entah Sungmin polos, tak peka, bodoh, atau apa, dia sudah tak peduli lagi. “Aku tak mungkin menyukai kakakku sendiri.” Beberapa langkah di hadapannya, Sungmin membulatkan mata. Skenario macam apa lagi… “Kau berteman dengan Yesung-hyung sejak kecil, bukan? Kenapa tak tahu aku ini adik tirinya?”

Sungmin memang berteman dengan Yesung sejak kecil. Mereka saling mengenal di sekolah dasar, lalu berpisah ketika Sungmin harus pindah ke Jepang, dan kembali bertemu di saat sekolah menengah ke atas. Yesung memang bercerita tentang ibunya yang menikah lagi dan seorang adik tiri yang seumuran dengan Sungmin, tapi… Kyuhyun?

“Ah, entahlah. Aku pusing,” gumam si namja mungil. Mungkin tak peduli adalah yang terbaik.

Ya! Sungmin-a, aku belum selesai!” seru Kyuhyun tak terima. “Sebenarnya, aku…” Sial, kenapa susah sekali mengatakannya? Tiba-tiba saja keringat dingin menetes dari pelipisnya. Kyuhyun memejamkan mata, berteriak, “Aku mencintaimu, tahu!” Tanpa peduli jantungnya yang hampir melompat.

“Ketika kita bertemu di taman, orang yang kumaksud membuatku patah hati itu kau. Saudara yang berciuman dengan orang yang kucintai itu…” Sungmin menahan napas. “Yesung-hyung dan dirimu sendiri. Kenapa kau tidak sadar juga?”

Si Lee menunduk, menyembunyikan rasa hangat yang berpusat di wajahnya. “Bocah ini kenapa, sih…” bisiknya mengabaikan letupan kembang api dalam dirinya. Hal yang ia rasakan sekarang jauh lebih aneh dari sebelumnya. “Aku menciumnya karena dia dicium yeoja tidak jelas yang mengaku fans-nya, tahu. Hanya menghapus jejak yeoja sialan itu.”

Keadaan hening seketika. Semua kesalah pahaman perlahan mulai diketahui kebenarannya.

Kyuhyun berjalan mendekati Sungmin. It’s now or never. Tangannya meraih kedua tangan Sungmin yang bebas—ia bisa merasakan betapa lembut dan dinginnya kulit tangan pemuda itu. “Aku… mencintaimu,” ulangnya penuh penegasan.

Di detik ke-20, bibir mereka bertemu—mengungkapkan hal yang dirasa lewat tindakan, bukan kata-kata.

#

“Bodoh sekali…”

Sungmin dan Kyuhyun terduduk di sofa kamar Kyuhyun. Semuanya telah jelas sekarang.

“Ketika kita bercerita di taman itu, sebenarnya kita patah hati karena lawan bicara kita sendiri?” tanya Kyuhyun tak percaya. Memalukan. Ia selalu menyalahi Sungmin yang tak peka, namun ternyata ia tak jauh berbeda.

“Dan aku mengira bahwa kau mencintai Yesung-hyung, sedangkan kau mengira bahwa aku juga masih mencintainya?” lanjut Sungmin lemas. Kenapa konyol sekali…

Tertawa pun rasanya tak sanggup mereka lakukan.

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Yesung yang tiba-tiba membuka pintu. Baik Kyuhyun maupun Sungmin bergeming dan tak berniat mengeluarkan suara, seperti kehabisan tenaga setelah dipaksa kerja rodi semalaman.

Si hyung memilih untuk masuk dan berjongkok di hadapan kedua adiknya. Setelah menatap dua hoobae-nya itu bergantian, akhirnya dia mengerti bahwa masalah telah terpecahkan. “Kalian sudah pacaran, ya? Kenapa kalian mendahuluiku?”

Kyuhyun menyandarkan punggungnya, tak peduli dan malas mengurus wajahnya yang merona. “Berisik, Hyung. Nanti kucarikan deh,” ucapnya tanpa berpikir panjang. Tangannya menggenggam tangan Sungmin dalam diam, rasanya sangat pas—melengkapi dirinya.

Sungmin memang orang yang tepat dan ditakdirkan untuk bersamanya.

Di sebelahnya, Sungmin menoleh ke arah berlawanan. Ia belum terbiasa. Tapi Sungmin tak bisa membohongi bahwa ia menyukai genggaman tangan Kyuhyun dan kehangatan yang tersalurkan dari sana. Segalanya terasa benar. Sekarang, segalanya sudah benar dan berada pada tempatnya.

Ah, sialan. Sungmin mengumpat dalam hatinya. Jatuh cinta bisa menjadi menyenangkan, ternyata.

Yesung memperhatikan dengan senyum manisnya. Setidaknya ia bisa tenang dikarenakan dua dongsaeng-nya telah berpasangan. Ia tak perlu panik memikirkan siapa orang yang Kyuhyun cintai, atau siapa yang akan menjadi pasangan Sungmin.

Lagipula, setelah diperhatikan, dua manusia bertolak belakang di hadapannya memang cocok dan saling melengkapi. Yesung malas bertanya tentang bagaimana mereka bisa jatuh cinta pada satu sama lainnya, atau minimal, sejak kapan mereka saling mengenal.

Toh sekarang keduanya telah bersatu.

“Tidak perlu. Aku akan pacaran dengan anak kalian nanti saja,” sembur Yesung dengan nada polos dan ekspresi tak terbaca. Kyuhyun membulatkan mata, melempar tatapan ‘bagaimana bisa?’ sedangkan Sungmin menganga tanpa sadar.

“Yang benar saja…”

Fin

2 thoughts on “Complete [Chapter 2]

  1. hahhhhhh gubrak pingsan, yesung sama anak kyumin?? mending sama ak aja.

    chagi unn bingung sampai akhir

    fighting and keep writing ^^

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s