While Looking at the Picture

Ryeong

While Looking at the Picture

 [—I wait for you again, while looking at the picture of your forever smiling face.]

.

.

Tak ada yang spesial dari foto itu—hanya sebuah selca yang entah mengapa Ryeowook cetak dan kini terpajang pada salah satu pigura di atas meja. Benar-benar tak ada yang spesial; hanya satu dari berpuluh atau mungkin ratus foto yang sering mereka ambil bersama. Sama sekali tak ada arti tertentu di sana.

Namun itu foto terakhir yang sempat mereka ambil sebelum yang lebih tua menjalani kewajibannya.

Ryeowook masih terduduk di atas kursinya, memandangi sebuah pigura yang ia sebut tak ada artinya. Belum dua bulan. Hyung mantan roommate-nya itu belum dua bulan meninggalkannya. Tapi mengapa rasanya seperti bertahun-tahun?

Semua aktivitas Super Junior tetap berjalan seperti biasa, dan semua member sibuk dengan jadwal masing-masing tanpa mengingat masa lalu di mana mereka bisa bermain di sela jadwal yang tak begitu padat. Ryeowook mulai bertanya, apakah hanya dirinya yang merindukan itu semua?

Berlibur bersama, membolos latihan bersama, menangis ketika salah satu harus meninggalkan grup selama beberapa saat, atau mungkin sekedar menonton televisi dan mengomentari para artis wanita yang menarik untuk dipandang. Mungkin memang hanya Ryeowook yang menginginkan waktu kembali terulang.

Dan Yesung—hampir saja ia melupakan hyung kesayangannya itu.

Meski terus menyebutkan nama sang pemilik vokal terbaik, Ryeowook merasa tak semua member kehilangan sosok Yesung. Semua tetap sibuk dengan urusan masing-masing, tak banyak berkomentar seperti ketika Heechul atau Leeteuk pergi dulu. Atau mungkin memang dirinya yang terlalu merindukan sang hyung hingga segalanya terasa salah dan menyedihkan.

Pada akhirnya, Ryeowook tahu semua member sebenarnya mengharapkan kehadiran namja bergolongan darah AB itu. Ia berpikir terlalu jauh karena rasa kehilangan yang lebih—menyebabkan dirinya melampiaskan semua itu dengan cara menempel pada Lee Sungmin.

Ryeowook ingin bertemu dengan Yesung meski hanya untuk hari ini.

Sebelumnya, ia sempat berpikir kepergian Yesung takkan berdampak besar dalam hidupnya. Hanya dua tahun—setelah itu mereka akan kembali bersama. Apa yang terjadi sekarang meleset jauh dari apa yang ia bayangkan. Ini baru dua bulan, bukan dua tahun.

Seharusnya kesibukan dapat membuatnya melupakan kehadiran Yesung yang kadang mengganggu dan menyebalkan. Namun ternyata ia salah; kesibukan tak berarti apapun. Bahkan di tiap kesibukan yang ia jalani, pikirannya melayang jauh entah ke mana, berujung pada sebuah nama: Kim Jongwoon.

Tak perlu menunggu, Yesung tak pergi ke mana pun. Bahkan mereka masih bisa bertemu jika ia mempunyai waktu untuk mengunjungi Mouse Rabbit ketika malam datang. Tapi Ryeowook selalu berakhir menemukan dirinya memandang sebuah foto yang sama—foto di mana mereka tersenyum layaknya dua manusia idiot yang kelewat bahagia.

Dan ia bahkan tak menyangka akan meneteskan air mata.

“Uh,” gumamnya ambigu. Ryeowook mengusap kasar setetes air mata yang menetes membasahi salah satu kertas naskah musikalnya. Ini memalukan. Dengan maksud tak lagi menjadi member yang dicap cengeng, belakangan ini ia tak terlalu banyak meneteskan air mata. Dan kini Yesung berhasil membuat usahanya sia-sia.

Dua tahun bukanlah waktu yang lama. Dengan pegangan kalimat itu, Ryeowook menarik napas dalam, menahannya selama beberapa saat. Sekedar bertemu dan melihat Yesung berbeda dengan bercanda dan bernyanyi bersama di atas panggung. Ryeowook menganggap tetesan air matanya sebagian dorongan untuk tetap bersabar.

Ia tak perlu menunggu apapun. Lagipula tak pernah sekali pun Yesung meminta untuk ditunggu olehnya. Jika ia tak bisa menahan kerinduan itu lebih lama, apa yang harus ia lakukan hanyalah berlari ke Mouse Rabbit dan tersenyum lebar ketika melihat Yesung dengan ekspresi bodohnya yang di atas rata-rata.

Pasti jauh lebih menarik.

Jam telah menunjukkan pukul dua belas lewat. Ryeowook menatap pigura itu sekali lagi, tersenyum kecil sebelum bangkit dan beranjak menuju tempat tidur. Ia harus mengistirahatkan diri untuk menghadapi jadwal padat yang belakangan ini menghantui. Harus. Namun bagaimana caranya ia terlelap jika kini ia berhalusinasi Yesung berdiri di depan pintu kamarnya?

“Halo, Wookie-ah,” sapa pemilik suara bariton itu. “Merindukanku?”

Ryeowook mengerjap beberapa kali, terpana dan tak sanggup mengatakan apapun. Yesung yang merupakan bagian dari halusinasinya kini tersenyum hangat dan berjalan mendekat. Benarkah ini sekedar ilusi? Mengapa senyata ini?

Bahkan sebuah pelukan menyambutnya sekarang. Ini keterlaluan. Ryeowook tak sanggup untuk memprotes otaknya yang menampilkan sebuah ilusi menyebalkan. Apa yang kini ia lakukan hanyalah membalas pelukan itu penuh keraguan.

“Hei, ini bukan mimpi. Sadarlah,” ucap Yesung setelah melepaskan pelukan eratnya. Ryeowook memandangnya seolah ia tembus pandang—menyebabkannya tertawa seraya menepuk pelan surai pirang keunguan sang dongsaeng yang tak sanggup untuk sekedar mengedipkan mata.

Saengil chukhae, Ryeowook-ah.”

Fin.

Credit title: Vibe’s Second Album – Remember; While Looking at the Picture

The title of this fict is a title of a song which Yeye and Wookie covered long time ago^^ (ft. Hyuk’s rap)

#Happy27thRyeowook!

6 thoughts on “While Looking at the Picture

  1. huuwwaaa………….

    wookie…saengil chuka…..

    you make me miss him a lot……!!!!!!!!!!

    I miss U much much much…………..KIm Jong woon..

  2. akhrnya sempat jg mengunjungi nich WP.. 🙂

    Walau kmrn” YeWook moment itu jarang bngt, entah mengapa, aku selalu merasa kalo brothership YeWook tetap yg termanis.. xD

    I miss Kim Yesung!!!
    😦

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s