High School Series: Memories [Chapter 6]

High School Series: Memories

Track 6Love Really Hurts [SJ’s Yesung]

[I can’t breath. I’ve lost my direction. My memory’s breaking into pieces…]

.

.

Lee Sungmin bukan orang bodoh.

Ia sering disebut jenius oleh para guru pengajar. Ia bisa menghafal hanya dengan sekali atau dua kali membaca. Ia dapat melakukan hal-hal yang bahkan baru pertama kali ia lihat secara instan. Sungmin juga berkali-kali mewakili sekolahnya di berbagai perlombaan, dan ia menjadi pemegang urutan satu di angkatannya tanpa dapat dikalahkan.

Lalu di mana letak kekurangannya?

Sebagai seorang lelaki, Sungmin tahu ia sudah melewati batas normal. Ia mencintai seseorang berjenis kelamin sama yang merupakan kakak kandungnya. Ia juga sering kali menangis hingga terisak hanya karena rasa sakit kecil di hatinya.

Sungmin cukup tahu diri. Ia mengakui bakat yang ada dalam dirinya—kemampuan melakukan dan menghafal sesuatu dengan cepat, otak jenius, kelebihan dalam musik dan bela diri, juga banyak hal lainnya. Tapi ia tahu tak ada manusia yang sempurna—karena sesempurna apapun orang menyebut dirinya, ia tetap hanyalah manusia biasa.

Ia hanya seorang Lee Sungmin yang mencintai Kim Jongwoon, kakak kandungnya.

Air matanya masih mengalir dengan deras. Sungmin tak yakin ia dapat menghentikannya dalam waktu dekat. Semua yang terjadi satu jam lalu masih melekat di otaknya dengan jelas. Bagaimana pernyataan cinta bodoh itu ia katakan, ekspresi Yesung yang tak dapat ditebak, dan Kyuhyun yang datang ketika semuanya sudah terlambat.

“Bodoh kau, Lee Sungmin.” Ia mengumpat kesekian kalinya.

Sekarang Sungmin takkan percaya dan berterima kasih jika ada orang yang menyebutnya pintar—semua itu pasti hanya bualan semata.

Lalu apa yang harus ia lakukan setelahnya?

Sungmin mengambil sebuah batu dan melemparkannya ke danau di depan mata dengan sekali gerakan. Ia sempat berpikir dengan menyatakan perasaannya, hatinya akan terasa lebih lega dan bebannya berkurang. Namun nyatanya tidak—masalah lain menantinya sekarang.

Tanggapan Yesung, perubahan keakraban mereka akibat pernyataannya, juga Kyuhyun yang mungkin saja marah karena ia melakukan hal bodoh sebelum merundingkannya terlebih dahulu.

Segala kerumitan yang melandanya, perlahan terlihat semakin jelas.

Ia muak dan lelah. Sungmin ingin mengakhiri semuanya secepat yang ia bisa, tapi ia salah memilih langkah.

Angin sepoi berhembus dan memanjakannya. Sungmin memejamkan mata, lalu terlelap tak lama kemudian. Mungkin hanya tidur sesaat lah yang kini ia butuhkan.

#

“Kau tahu, bukan?”

Yesung menatap Siwon dengan pandangan kosong. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi—obat yang ia minum sama sekali tak berpengaruh. Tangannya meremas seprai tempat tidur yang ia duduki, melakukan pelampiasan yang sia-sia. Semuanya terjadi begitu cepat di saat yang tak tepat.

Suhu tubuhnya masih jauh dari kata normal. Ia masih merasa kedinginan hingga tulangnya ngilu, namun Yesung merasa ia mulai mati rasa. Pandangannya kembali mengabur, lalu kembali seperti semula. Ia ingin berseru di depan wajah Siwon, berkata bahwa tubuhnya terlalu lemah untuk melanjutkan percakapan; tapi ia tak bisa.

“Maksudmu?” tanyanya ambigu. Yesung tahu apa yang Siwon maksud. Ia selalu tahu. “Apa kau berpikir aku tahu perasaan Sungmin sejak dulu dan membiarkannya bergelut melawan perasaan bersalah yang ia rasa seorang diri?”

Hatinya terasa sakit. Ia tahu apa jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan dengan maksud memancing rasa bersalah Siwon—Yesung memang melakukan itu, tanpa sengaja. Mengetahui adikmu memiliki perasaan khusus padamu dan berusaha bersikap normal bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

Tapi ia berhasil melakukannya selama tiga tahun penuh.

“Kau jahat, Yesung-ah.”

Pernyataan itu membuat Yesung memejamkan mata. Ia memang jahat, tapi ia tak terima disebut jahat oleh seseorang yang menambahkan beban dan masalahnya. Jika Siwon tak menyatakan cintanya beberapa tahun lalu, mungkin saja keadaannya takkan serumit sekarang.

Ia tak perlu memikirkan perasaan aneh yang ia rasakan ketika Siwon berada di sisinya.

“Apa yang akan kau lakukan sekarang?”

Itulah yang kini berada dalam benaknya. Apa yang harus ia lakukan, jawaban apa yang harus ia berikan, perilaku seperti apa yang harus ia tunjukkan. Yesung merebahkan tubuhnya pasrah. Otaknya tak bisa menemukan jalan keluar di saat sakit sedang menyerang.

Dan Siwon, dengan sejuta rasa bersalah, mendekati sang teman kecil yang ia cintai, lalu mengambil posisi di atas tubuh Yesung yang berbaring lemah.

“Karena itukah kau tak pernah membalas pernyataan cintaku—” Ia bertanya, lagi. Wajahnya ia dekatkan dengan wajah Yesung yang merah akibat suhu badannya yang tinggi. Setelah mengecup hidung mancung namja di bawahnya, ia melanjutkan, “Meski kau mencintaiku?”

Yesung mengalihkan wajahnya yang terasa semakin panas. Suhu badannya saja sudah cukup menyiksa, tapi kenapa Siwon memilih untuk menambahkan rasa panas dalam tubuhnya? “Aku tak pernah mengatakan bahwa aku mencintaimu,” gumamnya pelan.

Siwon tersenyum menanggapi penolakan lain yang ia dapatkan. Meski harus berhadapan dengan Sungmin untuk mendapatkan Yesung, ia tetap takkan mengalah. “Kau tak pernah mengatakannya, tapi kau membiarkanku memeluk dan bahkan menciummu.”

Sekali lagi, Yesung membiarkan Siwon mengecup bibirnya singkat. Ia memang sedang tak dalam kondisi yang menguntungkan, namun bukan berarti ia pernah mencegah Siwon ketika namja itu hendak mencuri ciumannya.

Meski enggan mengakui, apa yang Siwon katakan memang benar.

“Kenapa kau diam, Hyung?” Yesung tetap bungkam ketika Siwon memaksakan mata mereka untuk bertemu dan beradu pandang. Ia selalu tak kuasa menatap sepasang mata di atasnya dalam jangka waktu lebih dari lima detik—entah kenapa. Matanya terpejam ketika Siwon kembali mendekatkan wajahnya; menyatukan bibir mereka dengan ciuman yang lebih dalam.

Yesung tak mengerti kenapa ia selalu pasrah dan enggan untuk menolak. Ia merasa dilecehkan, tapi karena orang itu adalah Siwon—yang merupakan teman kecilnya, Yesung merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah kewajaran. Sekarang ia ingat bahwa sahabat dan ciuman bukanlah dua hal yang masuk akal.

Namun ciuman Siwon selalu dapat memabukkannya. Yesung ingat ia mendapatkan ciuman pertama dari orang yang sama ketika usianya berumur lima belas. Saat itu tak ada yang dapat ia lakukan selain membiarkan wajahnya perlahan berubah warna menjadi merah muda.

Dan sampai sekarang, ia masih belum bisa menolak.

Ciuman yang Siwon berikan selalu menuntut, namun penuh dengan perasaan. Yesung dapat merasakannya meski ia selalu pasif dan memilih untuk bergeming. Ia selalu dapat merasakan tulusnya perasaan Siwon, juga seberapa besar keinginan lelaki itu untuk menjadikan dirinya sebagai miliknya seorang.

Mungkin terkesan posesif, tapi ia tak bisa membohongi dirinya dengan berkata bahwa ia tak menyukai apa yang Siwon lakukan. Mereka sama-sama namja yang memiliki hasrat dan juga perasaan.

“Lihat, kau tak menolakku lagi,” bisik Siwon setelah melepaskan tautan bibir mereka. Yesung mencoba mengatur napasnya dengan benar—menolak untuk membalas pandangan tegas Siwon dan memilih untuk menarik namja Choi itu ke dalam pelukannya.

Ia tak bisa menjawab apapun sekarang. Yesung butuh waktu untuk berpikir panjang. Tentang Siwon, tentang Sungmin, juga tentang dirinya. Ia mencintai Sungmin seperti ia mencintai Taeyeon—keduanya adalah adiknya yang manis dan dapat ia andalkan. Tapi Yesung tak yakin dapat menyamakan cinta yang ia rasakan pada Kyuhyun dan Siwon.

Karena ia tahu, rasa kasih sayangnya untuk dua orang itu berbeda.

#

Apakah dengan menjadi seorang pecinta yang tulus, hatimu takkan merasa sakit sedikit pun?

Cho Kyuhyun tertawa pelan. Mungkin saja dia sudah gila.

Tak ada yang dapat ia rasakan selain dari hatinya yang sakit, dadanya yang sesak, dan bahu yang berat dikarenakan beban tak kasat mata. Semua hal itu menyebabkannya tak berdaya, lemas, juga merasa gagal di saat yang bersamaan.

Andai saja, andai saja…

Pengandaian selalu memberikan harapan yang menyakitkan, sedangkan penyesalan tak pernah berasal dari sebuah awal. Kyuhyun tahu itu, tapi entah mengapa ia terus membayangkan kata andai dan apa yang akan terjadi jika saja skenario ‘andai’ dalam otaknya menjadi kenyataan.

“Kyu, apa kau pernah jatuh cinta?”

Pertanyaan yang Sungmin tanyakan kemarin kembali terngiang di telinganya. Tentu saja ia pernah jatuh cinta—sekali seumur hidupnya dan ia bersumpah takkan jatuh cinta pada orang lain. Sungmin tak tahu betapa susahnya Kyuhyun menahan diri untuk mengatakan ia pernah jatuh cinta, dan Sungmin adalah orang yang berhasil memberitahunya suka juga duka menjadi seorang pecinta.

Ia ingat apa yang Sungmin katakan setelah pertanyaan polos itu. Kyuhyun juga ingat jawaban apa yang dia berikan. Karena terkadang, percakapan tanpa rencana selalu menjadi yang terpenting dan tak terduga.

“Jika sudah saatnya bagimu untuk jatuh cinta, cintailah seseorang yang mencintaimu…

—dengan begitu, kau tak perlu merasakan sakit yang kurasakan.”

Kyuhyun tersenyum pahit. Jika ia bisa memilih pada siapa ia jatuh hati, Kyuhyun pasti sudah memilih. Ia yakin Sungmin akan melakukan hal yang sama jika bisa, namun karena cinta adalah sebuah rasa yang datang tanpa aba-aba, mereka hanya dapat menerima kenyataan yang ada.

Di samping hal percintaan, sebenarnya Sungmin adalah kakak yang baik. Kyuhyun selalu bertanya pada Sungmin jika ada pelajaran yang tak ia mengerti, dan Sungmin selalu menjawabnya dengan sempurna. Sungmin juga tak keberatan menasihati Kyuhyun ketika merasa adiknya itu melakukan kesalahan, tapi terkadang nasihat yang terlambat sama saja dengan sebuah benda yang tak lagi ada gunanya.

Ia dan Sungmin sama-sama mencintai dalam diam. Yang berbeda hanyalah Sungmin mempunyai teman untuk berbagi—yaitu dirinya—sedangkan ia benar-benar harus memendam perasaannya seorang diri. Dan karena ia mengakui beban yang Sungmin rasakan lebih berat, Kyuhyun merasa mereka benar-benar dalam posisi yang sama; menyedihkan.

Kyuhyun tak ingat siapa yang lebih dahulu jatuh cinta. Mungkin mereka jatuh cinta pada orang yang berbeda di saat yang bersamaan—karena seingatnya, ketika Sungmin pertama kali bercerita tentang perasaannya pada Yesung, Kyuhyun sudah merasakan hal yang sama terhadap si pemilik marga Lee itu.

Tanpa sepengetahuan Sungmin, Kyuhyun ikut merasakan sakit di hatinya tiap kali namja itu berkata bahwa hatinya sakit dan dadanya sesak—karena ia mencintai pemuda yang mencintai dan menangisi orang lain. Karena cintanya juga bertepuk sebelah tangan, dan karena kemungkinan dirinya untuk bersatu dengan cintanya nyaris menyentuh angka nol besar.

“Kau tahu angka nol, Kyu?”

Sungmin meraih handuk yang berada di atas kepalanya, lalu meletakkan kain itu di atas meja. Tanpa sengaja, matanya menangkap sebuah bingkai foto berisikan foto masa kecilnya bersama Yesung dulu. “Jika dikali angka berapa pun, hasilnya akan tetap nol.”

Kyuhyun adalah jenius dalam matematika—tentu saja Sungmin tahu fakta itu. Tangannya fokus mengeringkan rambutnya yang basah, sedangkan dalam diam ia mendengarkan dan memperhatikan gerak-gerik Sungmin di hadapannya. Kamarnya selalu rapi karena ia terbiasa tidur di kamar Sungmin, namun jika ia tidur di kamarnya sendiri, Kyuhyun tak yakin kamarnya masih akan tetap rapi seperti keadaan kamar sunbae-nya ini.

“Sama sepertiku yang mencintai Yesung-hyung.” Senyum sendu yang Sungmin perlihatkan tak pernah menjadi favorit Kyuhyun. Ia menghentikan kegiatannya sejenak untuk memahami kalimat hyung-nya itu dengan baik. “Berapa kali pun aku menciptakan delusi bahwa mungkin saja aku dan Yesung-hyung dapat bersatu, hasilnya tetap saja sama—angan belaka.”

Entah sejak kapan Sungmin tertarik dengan sastra. Kyuhyun mencermati kata demi kata yang Sungmin ungkapkan dalam diam. “Kalau begitu, fakta itu juga sama dengan cintaku,” bisiknya tak terdengar. “Meski kau takkan menyadari perasaanku, hasilnya tetap akan sama—aku masih dan akan terus mencintaimu, Hyung.”

Sungmin menoleh, memiringkan kepala penuh tanya. “Kau bilang apa, Kyu?”

Dengan senyum tipis, Kyuhyun menggelengkan kepala. Sekali lagi mengubur perasaannya untuk sebuah waktu yang tepat. Entah kapan, tapi ia tahu hari itu akan datang.

#

Siwon menutup pintu kamar tanpa suara. Setelah tiga jam menemani Yesung, akhirnya teman kecilnya itu jatuh tertidur juga.

Masih dengan pakaian tidurnya, ia menyandarkan tubuh pada pintu dan berdiri dalam diam. Mencoba membuat Yesung mengakui perasaannya saja sesulit ini, namun seolah masalah tanpa jeda menghampirinya, kali ini ia dihadapkan dengan fakta bahwa Sungmin juga mencintai orang yang ia cintai.

Ia takkan mengalah meski Sungmin adalah adik dari orang yang dicintainya merangkap teman kecil yang ia anggap adik kandungnya. Siwon lelah mengalah. Ia ingin egois dan menjadi manusia normal dengan menuntut apa yang ia inginkan. Dan jika ia kalah di akhir, Siwon masih tetap takkan menyerah.

Karena sebesar itulah cinta yang ia rasakan.

Oppa?

Menolehkan kepala. Siwon menemukan Kim Taeyeon tengah berdiri di dekatnya—mungkin bermaksud mencari Yesung. “Taeyeon-ah.” Ia tersenyum kecil, lalu kembali berdiri tegak. “Ada apa?”

Taeyeon mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum akhirnya berkata, “Kudengar Yesung-oppa sakit. Aku bermaksud mengunjunginya.” Tangannya ia sembunyikan di balik punggung; entah mengapa selalu merasa gugup tiap kali bertemu guru mata pelajaran Bahasa Inggris merangkap sahabat kakaknya itu.

“Dia baru saja tertidur. Maaf, sepertinya kau harus menunggu hingga ia bangun nanti,” jelas Siwon bersalah, merasa tak enak hati. Taeyeon adalah adik Yesung, tapi dia yang hanya berstatus teman malah mengatur seenaknya saja. Ketika Taeyeon tersenyum maklum, Siwon tak dapat menyembunyikan kelegaan yang ia rasa.

“Aku mengerti, Oppa,” ucapnya dengan senyuman. Yesung lah yang memerintahkannya untuk memanggil Siwon dengan sebutan oppa agar tak terlalu berkesan formal. “Terima kasih karena selalu mengurus Yesung-oppa dengan baik,” lanjutnya seraya membungkuk kecil.

Siwon kembali tersenyum mendengarnya. “Aku sama sekali tak keberatan.” Mereka berjalan beriringan menuruni tangga, tanpa tujuan. “Ah, tadi aku mendengar nyanyianmu dari radio sekolah. Suaramu benar-benar indah,” pujinya kemudian.

“Semua itu berkat Yesung-oppa.” Taeyeon menerawang, ia ingat bagaimana Yesung membujuk ibunya agar ia diperbolehkan mendalami musik dan menyanyi. Berkat kakak tirinya itu, sekarang ia tak perlu bersembunyi mengikuti les vokal atau sejenisnya.

Missing You Like Crazy. Aku tahu judul lagu itu.” Siwon menghentikan langkahnya, lalu menepuk kepala Taeyeon pelan. “Kau merindukan Yesung, bukan? Aku tak melihat kalian bertemu beberapa hari ini.”

Yang lebih muda tertawa kecil. “Aku merindukannya. Tapi aku tahu Yesung-oppa sedang sibuk, jadi aku memutuskan untuk tidak menjadi pengganggu.” Angin berhembus kencang, menerbangkan beberapa dedaunan pohon yang telah layu. “Lagipula, meski menyayangi seseorang dengan sepenuh hatimu, ada saatnya di mana kita harus memberikannya ruang dan waktu untuk sendiri,” sambungnya setelah beberapa lama.

Meski agak tersentak mendengar kalimat itu, Siwon menampilkan senyum terbaiknya. “Kau benar.”

Ia hanya perlu memberikan Yesung waktu untuk menyadari, mengakui, memilih, dan mengungkapkan perasaannya. Semua yang mereka butuhkan hanyalah waktu untuk menyadari mana yang paling baik untuk diri mereka, juga orang-orang di sekitar yang masih mempedulikan.

Siwon mengerlingkan mata. Seandainya saja ia bisa membeli mesin waktu, ia pasti takkan berpikir dua kali untuk membelinya.

ToBeCont

Ini rahasia. Atau mungkin bukan orz. Fict ini salah satu ff yang diketik dan sudah selesai tahun lalu (mungkin kalian sadar karena deskripsi dan diksi saya yang jauh berbeda). Sejak awal saya rasa fict ini tidak layak untuk di-publish, tapi karena ini ff terpanjang saya sejauh ini, akhirnya saya publish juga di wp dan meng-update-nya seenak jidat. Peminatnya juga tidak banyak karena alur yang membingungkan. Jadi untuk yang bersedia membaca sejauh ini, saya benar-benar berterima kasih. Komen di fict ini dua kali lipat lebih berharga daripada komen di fict lain TT (bukan berarti saya tidak mengharapkan komentar readers di fict lain XD)

See you next time!

9 thoughts on “High School Series: Memories [Chapter 6]

  1. Kyaaa!!
    Ini belum ending kah? T^T
    Jujur aja aku jarang baca ff yang bukan Yesung centric~
    ada beberapa bagian yang aku skip juga, tapi overall fic ini bagus kok
    bagus banget malah~
    mungkin emang agak beda sama ff yang lain karena katanya ini ditulis 1 tahun yang lalu, tapi menurut aku ini ngga kalah bagus kok ^^

    Yewon nya so sweeet >///<
    tapi kurang banyak xD #kicked
    Beneran deh, ini siwon yang pervert apa authornya yang pervert?
    Untuk ukuran pasangan yang belum official, apa yang dilakukan siwon itu emang bener2 diluar batas kewajaran (meskipun aku suka banget dan pengen lebih xD)
    sayangnya apa yang terjadi di atap sekolah itu ga dijelaskan secara detail ^^
    ditulis 1 tahun yang lalu kan?
    aww shiki masih umur berapa itu bisa nulis kayak gini? :p

    Tapi sepertinya ini ngga lama lagi end, kan?
    Perasaan Yesung sama siwon mulai kelihatan,
    sungmin juga udah menunjukkan perasaannya,
    dan karena aku lagi berbaik hati, semoga Kyuhyun dan sungmin bisa bersatu xD

    ps : sebenernya kalau shiki pengen lebih banyak yang baca, lebih baik ff ini di publish di ffn,
    karena di sana orang-orang akan lebih gampang nemuin ff ini,
    nggak banyak yang tau wp ini, kan?
    Jadi mungkin banyak orang yang belum nemuin ff ini, padahal ini ff lovable banget lho 🙂

    1. Belum TT
      Terima kasih Unnie~><

      Fix Siwon yang pervert /senyum manis/ aku cukup umur (yakin?) kok XD as I said, I grow up too fast because of fanfiction orz

      Hanya 10 chapter~ amen! Hihihi
      Pertama, ff ini nggak lovable ;;; Kedua, aku nggak kepingin banyak yang baca asal semua yang baca ninggalin komentar hiks ini ff multi-chap pertama aku tbh /terus

      Gomawoyo Unnie-ya~~~^^

  2. tp q ska ko chingu, mskipun agak bingung jg p’tma’a.,
    n q ngarep ff ni ttep d lnjut n yg paling pnting jng lama2 y.,:-D
    .
    tr akhr’a yesung ma sp y??
    mo’a si kyusung, v brhubung ga mungkin d ff ni jd q pilih yesung ma siwon ja dh.,
    .
    Mianhe bnyk komen, v lanjut ne.!!

  3. beruntung siwon ketemu taeyeon jadi bisa lebih sabar kan?menunggu kapan yesung mau ngakui perasaan dia ke siwon

    kyu kasian banget y?harus’y dia mau ‘sedikit’ berani ngungkapin perasaan utk sungmin

    ok lanjut,
    dr awal aku emang sll nunggu ff ne diupdate

  4. Pemikiranku meleset.. -_-

    ya.. aku rasa jg yg paling merasa sulit dsini yesung.. yesung sbnrnya tau sungmin menyukainya, tp yesung mencoba pura” tdk tau.. bkn karena dia ingin sungmin terjebak dg perasaanya sendiri, tp karena dia bingung hrz berbuat apa ke sungmin.. dan bukannya yesung sdh mencoba untuk menjaga perasaan sungmin dg tdk menerima cinta siwon? yesung seperti lbh memilih membiarkan siwon yg jauh terluka dibanding sungmin yg terluka.. yesung jg sdh cukup mengkorbankan perasaannya..

    aku justru suka yg complicated gini.. xD

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s