Speak Now
Track 4 – Speak Now [KrisYe/Canon]
[—Don’t say yes, run away now.]
.
.
Yesung menyadari dirinya berada di dalam masalah ketika ia secara tidak sengaja, perlu digaris bawahi: secara tidak sengaja, menumpahkan secangkir kopi panas di atas meja salah seorang pelanggan tetap di kafenya, hoobae di agensinya, salah satu lelaki tertampan—tunggu, itu tidak penting—menurut survei beberapa member girlband bulan lalu, dan oh, apalagi?
Ia menumpahkan kopi di atas meja dengan sebuah laptop yang kini perlahan meredupkan sinar kehidupan. Pemilik kafe mana lagi yang dapat melakukan hal semacam ini? Dalam hati, Yesung melakukan standing applause, sindiran untuk kebodohannya yang tak tahu diri. Ia baru saja memperburuk hubungannya yang memang tak terlalu baik dengan si pemuda berkelahiran Cina namun berkewarganegaraan Kanada. Kalau dipikir-pikir, latar belakang kehidupan Kris membingungkan juga.
Tapi, sekali lagi, hal itu tak penting sama sekali.
Kris hanya dapat melirik sunbae-nya yang tampak canggung, tak tahu harus berbuat apa. Ia pun demikian, sebenarnya; tak tahu harus mengamuk dan mencakar wajah polos Yesung, atau menjadi anak baik dengan cengiran polos yang menandakan ia baik-baik saja, bisa beli lagi, kok.
Keheningan berhasil dipecahkan oleh suara Jongjin sejurus kemudian. Adik yang kadang tak tahu diri itu malah menggerutu tentang betapa bodohnya sang kakak yang lebih baik menyanyi seharian penuh di pinggir jalan daripada membantu urusan kafe yang sering kali berakhir menyusahkan berbagai pihak. Yesung mendelik tak terima, dibalas kalimat pedas dari Jongjin yang menyebabkan keningnya berdenyut pertanda emosi atau sakit gigi, ia sudah tak tahu lagi.
“Kris, maafkan aku. Aku akan mengganti laptop-mu, tentu saja. Oh sedangkan isinya… Apakah isinya penting?”
Leader EXO-M yang tampak lebih menawan dengan helai platinum blonde itu masih berusaha mencerna emosinya. Seharusnya dia marah, tak peduli Yesung adalah sunbae yang ia hormati—dia berhak mengamuk di tempat. Tapi Kris tak melakukannya, memilih menjadi anak baik yang mengangguk patuh, tak tahu mengiyakan apa. Wajah cemas bercampur takut yang Yesung tunjukkan berhasil membuatnya kehilangan akal.
Dengan resah, Yesung berpikir keras. Kris tak mengeluarkan suara, dan ia tak dapat membayangkan arti aksi tak bersuara yang Kris lakukan. Yesung sendiri tak pernah berinteraksi akrab dengan hoobae-nya yang satu ini, menyebabkan ia tak terlalu mengenali sikap Kris hingga berakhir bingung harus bagaimana menghadapi si jangkung yang mendadak bisu. Ia mendudukkan diri di samping Kris, melemparkan pandangan dengan emosi campur aduk yang mana mengakibatkan sakit perut, efek samping panik berlebihan.
“Tidak usah diganti, Hyung,” Kris mengakhiri kebisuannya dengan sikap sok cool, menjaga imej dengan berdeham sekali, lalu melanjutkan, “Tidak ada yang penting di sana.”
Yang lebih tua menggeleng tak terima. “Tidak, tidak. Aku akan menggantinya meski tak ada hal penting di sana. Aku harus bertanggungjawab,” ungkapnya dengan wajah serius yang menyebabkan Kris tersenyum, gemas dan tergoda untuk mencubit pipi yang dihiasi semburat merah tak kentara.
“Hm, kau memang harus bertanggungjawab, Hyung,” perkataan Kris berhasil memicu jantungnya berdetak liar, berbanding terbalik dengan ungkapan penuh percaya dirinya beberapa detik lalu. Yesung menelan ludah dalam diam, ia siap dipecat dari S.M Entertainment dan menjadi penyanyi jalanan seperti yang Jongjin perintahkan, atau menjadi pelayan kafe bagian kasir (mengingat adiknya akan kembali mengamuk apabila ia melayani tamu kembali), atau apalah…
“—Dengan cara menjadi kekasihku, bagaimana?”
Sepasang mata sipit sang Kim mengerjap, dengan mulut terbuka tak percaya ia berusaha menyuarakan pertanyaan yang tersusun rapih di benaknya, “A-a-apa maksud—mu?”
Kris terkekeh, menyebabkan Yesung semakin gelagapan ketika lehernya direngkuh oleh si pemuda bersurai pirang. Ia dapat merasakan napas Kris di lehernya yang terbuka, menyebabkan tubuhnya menegang dan kaku mendadak.
“Aku. Kau. Kekasih. Dan aku memaafkanmu.”
Dengan keluguan menyerempet kebodohan Yesung yang tergambarkan jelas pada eskpresi wajahnya, sang sunbae mengangguk menyetujui, tak tahu dirinya telah terperangkap di dalam rengkuhan setan licik penuh rencana nakal yang patut diwaspadai.
“Tapi, tu-tunggu! Kris!”
Yah, begitulah efeknya jika otakmu memproses segala hal dalam kurun waktu yang sangat lambat.
FIN
Credit title: Taylor Swift’s Third Album – Speak Now; Speak Now
Entah kenapa hanya sanggup bikin ficlet.. dan, oh, Kris terlalu menawan untuk dilewatkan! Lelaki menawan harus saya coba pair-kan dengan Yesung atau Sungmin, tentu saja^^ /kabur