Speak Now: The Story of Us

Speak Now

Track 7The Story of Us [RicSyung/Canon]

[—So many things that I wish you knew.]

.

.

Shin Hyesung sedang tak ingin bercanda gurau ataupun menikmati waktu santainya dengan bermalas-malasan saat itu—faktanya, ia sedang merasa kesal bukan main terhadap segala hal. Temannya, hobinya, pujian manis yang dilontarkan padanya, hingga mungkin hidupnya. Hyesung merasa semua yang ada padanya adalah kesalahan; ia tak mengerti kenapa.

Karenanya ia memilih untuk menyelinap keluar dari dorm, duduk di sebuah bar seraya menghabiskan waktu dengan menegak bergelas-gelas alkohol, menikmati kekacauannya dengan cara yang ceroboh—Eric, leader boyband-nya yang menyebalkan, pasti akan menghujat kebodohannya dengan senang hati nanti, namun ia tak peduli.

Terkadang, Hyesung merasa kehidupan yang diimpikannya tidaklah sesempurna khayalannya. Ia memiliki segalanya sekarang; teman setia, popularitas, harta, dan banyak hal lain yang patut ia syukuri adanya. Tapi Hyesung merasa ia tak pantas, atau mungkin masih ada yang kurang. Hyesung merasa ia adalah seseorang yang patut dihukum Tuhan karena tak bersyukur atas nikmat yang didapatkan, meski sungguh, bukan itulah yang ia maksudkan.

Sang main-vocalist tak mengerti apa yang salah, di saat bersamaan merasa semua salah dan tak berada pada tempatnya.

Di saat kepalanya mulai terasa sakit akibat menegak alkohol begitu banyak, sang bartender menyarankannya untuk pulang. Awalnya ia menolak, meraih satu gelas minuman lagi sebelum berakhir kehilangan keseimbangan dan jatuh di atas lantai hitam yang seolah mengejek ketidakberdayaannya. Hyesung memilih tak memberontak ketika ia dibantu salah seorang staf untuk keluar dari bar, masuk ke dalam taxi yang siap mengantarnya pulang.

Pulang? Hyesung tertawa, merasa ganjil dengan arti kata pulang yang sesungguhnya. Pulang adalah kembali ke rumah. Lalu ke mana ia akan kembali? Ke dorm Shinhwa dan menjadi Shin Hyesung yang pemalu nan sensitif, atau ke rumah orang tuanya dan menjadi Jung Pilkyo yang sederhana?

Yang mana pun itu, Hyesung tetap tak tahu yang mana yang tepat. Keduanya adalah dirinya, jati dirinya—satu orang sama dengan dua kehidupan berbeda, pun tak dapat Hyesung pilih salah satunya.

“Oh? Hyesung-hyung?”

Tubuh lemasnya diterima oleh Andy begitu ia membuka pintu dorm menggunakan password yang ia hafal luar kepala. Tawa kecil kembali ia lontarkan tanpa sadar, menertawai tindakannya yang memalukan; kembali ke rumah dengan keadaan mabuk berat, ditemukan oleh anggota termuda yang seharusnya ia perlihatkan sikap baiknya, juga tatapan bingung member lain yang kini tengah menduga-duga. Hyesung melepaskan diri dari rangkulan Andy, tanpa banyak bicara masuk ke dalam kamarnya yang terbuka sedikit.

Lalu di sana ada Eric—tidur pulas di atas kasurnya, entah sejak kapan berada di sana. Pemilik marga Jung itu mengernyit, hendak melepaskan jaket dan melemparkan outwear itu pada sosok yang memasuki ruangan privasinya, namun sayang tak memiliki cukup tenaga hingga berakhir jatuh terduduk tepat di sebelah ranjang.

“Apa yang kau lakukan di kamarku, Sialan?” Hyesung berbisik lemah, menatap wajah Eric yang tak tampak terlalu menyebalkan ketika terlelap—satu-satunya momen di mana ia dapat merasa tenang karena si leader tak tahu diri selalu mengusiknya ketika terjaga.

Diibaratkan bagai air dan minyak dengan pria seperti Eric merupakan hal wajar bagi Hyesung. Mereka kenal cukup lama, namun bukan berarti harus akrab. Tak jarang mereka menyatakan perang dan berargumen tentang ketidakcocokan keduanya, maupun Hyesung atau Eric tak pernah ada yang ambil hati; karena begitulah adanya. Eric terlalu banyak bercanda, sedangkan Hyesung terlalu serius dengan hidupnya.

Seiring waktu berjalan, jarak di antara keduanya semakin kentara. Hyesung memperhatikan dari jauh dengan rasa penasaran, lalu Eric akan memergokinya sambil memamerkan ekspresi jenaka. Interaksi seperti itu lebih dari cukup untuk menjaga hubungan mereka sebagai member dari grup yang sama, karena pada dasarnya, keduanya memang tak terlalu gemar bicara. Semua murni tuntutan layar kaca.

“Kau itu teman jahat yang gemar mengusiliku, ‘kan? Akan kuberikan bahan untuk mem-bully-ku dengan suka rela,” ucap yang lebih muda dengan nada tak beraturan akibat kesadarannya yang perlahan memudar. “Aku kacau, Eric-ah. Aku tak tahu apa yang akan kulakukan setelah ini, aku bingung dengan apa yang sedang kulakukan.”

Dan seperti itu, selama satu jam ia mengeluarkan keluh kesah layaknya perempuan yang sedang mencurahkan isi hati pada sesamanya. Hyesung bahkan tak sungkan tertawa atau menangis, memainkan helai kasar Eric yang terabaikan, juga mencubit pipinya sendiri agar tak dijemput alam mimpi. Hanya pada saat seperti ini lah ia bisa mengutarakan perasaannya, tentang kacaunya kehidupan yang tampak luar biasa di mata orang-orang. Besok ataupun lusa, Eric hanya akan menjadi orang yang gemar bercanda, dan ia hanya akan menjadi Hyesung yang pemendam. Malam ini adalah pengecualian.

“Aku tak pernah membencimu, kau tahu?” Hyesung meremas kaos yang Eric kenakan, melampiaskan emosi tak beralasan yang membuncah dalam dadanya. Sepasang matanya menatap pria jangkung yang sedaritadi menetap di posisi yang sama. “Kau menyebalkan, kita tak cocok, tapi bukannya aku membencimu.”

Sering kali mereka bertengkar kecil akibat dirinya yang tak bisa memaklumi candaan usil sang leader, banyak pula saat di mana mereka berselisih paham akibat pemikiran yang tak sama. Hyesung menyadari perbedaan kentara mereka, tak dapat berbuat apa-apa, di sisi lain tak merasa terlalu keberatan. Lebih baik seperti ini—daripada harus canggung dan menunduk kaku tiap kali bersitatap.

Ah, tapi Hyesung memang tak bisa menatap mata kelam Eric meski hingga detik ini tak tahu alasannya.

Sepasang tangannya bergerak sejurus kemudian, menarik selimut yang berada di bawah kaki Eric, lalu menyelimuti sosok yang telah ia kenal bertahun-tahun lamanya. Sebenarnya Hyesung agak menyesal melakukan ini, seharusnya ia tak sebaik ini pada lelaki yang gemar merusak mood di pagi bahkan malamnya. Namun ia tetap melakukannya, menyelimuti Eric Mun, membiarkan si menyebalkan itu terlelap pulas di atas ranjangnya, mengorbankan dirinya untuk mengalah dengan menyamankan posisi di atas lantai yang tak empuk maupun hangat.

“Aku bukannya bilang aku menyukaimu, Sialan,” kembali ia bersuara, entah mengapa merasa kesal dengan kenyataan bahwa ia mengakui tak membenci Mun Junghyuk. “Aku tak membencimu, tapi aku tetap tak menyukaimu.”

Detik itu, entah mengapa Hyesung merasa ia membohongi dirinya sendiri—entah mengapa.

Detik itu pula, Andy, beserta member Shinhwa lain yang tengah mengintip di celah pintu, menahan tawa mati-matian.

.

.

.

“Jangan pernah masuk ke dalam kamarku tanpa seizinku, Eric-ah! Kau seharusnya tidur di kamarmu, bukan menyusahkan orang lain dengan mengambil alih kamar yang bukan milikmu. Kau pikir aku sanggup mengangkat badanmu? Jangan bercanda!”

Eric Mun hanya bisa mengangguk ringan dengan wajah bantalnya—ia baru saja keluar dari kamar Hyesung, namun sang pemilik kamar langsung menyemprotnya dengan kalimat penuh kekesalan yang tak dapat dipungkiri adanya. Dari ujung matanya, ia mendapati member lain tersenyum cerah seolah dimarahi oleh Hyesung di pagi hari adalah hal menyenangkan. Tentu tidak mungkin; mengingat semua member dan manajer (kecuali dirinya) paling menghindari hal tersebut.

“Ya, ya. Aku juga menyukaimu, Hyesung-ah,” balas Eric tak masuk akal, berhasil menyebabkan Hyesung menolehkan kepala hanya untuk mendapati seringai di wajah si member tertua. Dengan sekuat tenaga, ia melepas dan melemparkan apron yang ia kenakan—tepat mengenai wajah tampan Junghyuk yang begitu menjengkelkan—sebelum melangkah cepat menuju kamarnya, lalu membanting pintu keras.

Hyesung menyadari Eric belum tertidur tadi malam dan mendengar tiap kalimatnya.

Eric menyadari Hyesung tidak melupakan kejadian tadi malam meski mabuk berat.

Member lain, sekali lagi hanya dapat menahan tawa.

FIN

Credit title: Taylor Swift’s Third Album – Speak Now; The Story of Us

My first non-SJ fanfiction!! I’ve spent my holiday (months ago) by watching Shinhwa Broadcast and I found out how cute the water and oil’s interaction lol Hyesung-ie is such a cutie~~~

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s