Speak Now
Track 9 – Enchanted [SiChul/AU]
[—I‘ll spend forever wondering if you knew.]
.
.
Kim Heechul menatap tak berminat obat-obatan yang disuguhkan oleh seorang suster di kamar rawat inap yang ia tempati, menolak untuk meminumnya dengan tegas. Sang suster hanya dapat menghela napas, berkata, “Baik, Kim Heechul-ssi. Saya akan kembali setengah jam lagi dan saya harap Anda sudah meminum obat-obat tersebut,” sebelum meninggalkannya sendirian.
Ia benci obat-obatan, bau rumah sakit, perawat yang sok ramah—tapi Heechul tidak benar-benar membenci itu semua hingga taraf menolak minum obat dan mengorbankan diri sendiri. Ia mempunyai alasan, tentu saja. Seminggu berada di rumah sakit ini cukup untuk menyadarkannya bahwa tiap ia mengulah, seorang dokter yang bertugas menanganinya akan datang; tersenyum ramah yang apa adanya. Memintanya untuk—
“Heechul-ssi, menolak untuk meminum obatmu lagi?”
—meminum obat dengan cara tersendiri yang dimilikinya.
Mati-matian, Heechul menahan diri untuk tak bersorak gembira. Ia berdeham, memandang datar wajah tampan si dokter yang tampak kecewa (kali ini dibuat-buat) sebelum mengedarkan pandangan. “Tak usah mempedulikanku,” ketusnya tak bersahabat.
Choi Siwon terkekeh, tak sadar suaranya mengiang di telinga Heechul bagai nyanyian Dewa Apollo dari Olympus. “Aku ini dokter yang memiliki kewajiban untuk mempedulikanmu,” ucapnya seraya mendudukkan diri di atas tempat tidur Heechul yang berderit akibat tambahan beban. “Tentu aku harus peduli, Heechul-ah.”
Kesal dengan penuturan kata yang seolah menggodanya, Heechul menggerakkan kaki untuk menendang tubuh Siwon yang berada dalam jangkauan; tidak sekuat tenaga, mana mungkin ia tega. “Aku ini lebih tua darimu, jangan sok akrab,” wajahnya memanas ketika Siwon mengerlingkan mata jenaka. Sial, kenapa pria di depannya ini begitu menyenangkan untuk dipandang?
“Tidak masalah. Kau tampak lebih muda dariku,” balas sang Choi tanpa mempedulikan pasiennya yang terperangah. “Dan aku dengan senang hati mengakrabkan diri dengan pasien yang cantik meski ber-gender lelaki.” Ia kembali memamerkan senyum, menyebabkan Heechul mati-matian menahan diri untuk tak terjun melalui jendela kamar.
“Wah, kadang aku ragu apakah kau ini benar-benar dokter,” Heechul berusaha membalas dengan sarkastis, mengundang Siwon kembali bersuara dengan tawanya. Ia berusaha mengabaikan degup jantungnya yang menggila, agaknya godaan Siwon berpengaruh banyak pada kondisi kesehatannya yang tak sedang prima. Dokter itu selalu berhasil menghiburnya dengan cara tertentu yang harus ia akui menyebalkan, namun disenanginya diam-diam.
Heechul sama sekali tak keberatan meski Siwon mencubit pipinya pelan sejurus kemudian—ia mengamuk protes sebagai topeng kemunafikan, mengerutkan dahi kesal begitu sang dokter kembali memintanya untuk minum obat.
Pemuda itu selalu mempunyai cara untuk membujuknya, Heechul tak habis pikir bagaimana caranya Siwon dengan mudah membuatnya berakhir meminum obat dengan cara yang berbeda sebanyak tiga kali tiap harinya selama semingu penuh.
“Kalau kau ingin cepat keluar dari rumah sakit ini, habiskan obatmu dan cepatlah pulih,” nasihat Siwon bijak. “Yah, walau pasti kau akan merindukanku setelah ini… Tapi kau bisa mengajakku makan siang bersama kapan pun kau mau, tenang saja.”
Heechul mencibir, meraih beberapa butir obatnya dan menelannya menggunakan air mineral yang disediakan. “Dalam mimpimu,” ia berkata asal.
“Hmm berarti aku lah yang akan mengajakmu makan siang suatu hari nanti—kalau kau sudah sembuh,” Siwon bangkit dari posisi duduknya, melangkah menuju pintu kamar tanpa menolehkan kepala. “Sampai berjumpa nanti malam, Heechul-ah,” katanya sambil melambaikan tangan.
Masih dengan posisi terduduk yang sama, Heechul menahan napas. Tak butuh waktu lama hingga ia menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, merasa salah tingkah dan ingin berteriak sekuat tenaga. Demi Tuhan—
… Tak mungkin Heechul menolak jika suatu hari Siwon benar-benar mengajaknya menghabiskan waktu makan siang bersama.
FIN
Credit title: Taylor Swift’s Third Album – Speak Now; Speak Now & Enchanted