One of These Magical Days – Drabble #1

Seokjin baru saja mengenakan jubahnya ketika berjalan memasuki aula besar, menoleh ke meja Hufflepuff dan melambaikan tangan pada Junghwan yang membatu di tengah pergerakannya untuk mengangkat tangan.

Seolah terdapat sebuah isyarat untuk berhenti berbicara, tiba-tiba semua orang terdiam dan untuk pertama kalinya, Seokjin melihat aula dalam keadaan penuh namun tanpa kebisingan. Ralat—penuh, hening, dan menatapnya.

Ketika ia duduk di meja Hufflepuff, suara orang-orang berbincang kembali terdengar dari seluruh penjuru arah. Seokjin tidak merasa ia berhalusinasi ketika merasa semua orang menatapnya tadi, juga jelas-jelas tidak berhalusinasi sekarang ketika semua orang berbisik sambil mencuri pandang ke arahnya.

“Apakah ada yang aneh dengan wajahku? Atau rambutku?” Ia bertanya pada teman-temannya yang secara terang-terangan memandanginya dari ujung kaki hingga atas kepala. Namun sayangnya, anehnya, tidak ada yang memberi tanggapan.

Tidak sengaja bersitatap dengan Jaehwan di meja Gryffindor, sekilas Seokjin melihat tatapan horor yang menyakitkan mata. Jelas ada yang sesuatu yang salah pada dirinya dan Seokjin harap sesuatu yang salah itu bukanlah kehadiran ekor rubah atau telinga kelinci akibat meminum ramuan jahil seseorang.

Ryeowook adalah yang pertama kali mengeluarkan suara dengan berdeham, bertukar pandang dengan beberapa anak Hufflepuff yang duduk di dekatnya. “Begini—”

“Tolong katakan tidak ada kumis kucing di wajahku,” Seokjin melebarkan mata panik, berpikir keras makanan dan minuman apa saja yang masuk ke dalam perutnya sebelum datang ke aula. Makan terakhirnya adalah sarapan di tempat yang sama, minuman terakhirnya adalah jus yang Yoongi bawakan ketika mereka belajar bersama di perpustakaan—tunggu, Yoongi tidak mungkin setega itu, ‘kan?

Melihat dahi Ryeowook yang mengernyit seolah rasa takutnya tidak masuk akal, ia menghela napas lega. Bukan ekor rubah, telinga kelinci, atau kumis kucing. Seokjin kini menoleh pada Junghwan yang kikuk dan berusaha untuk melihat ke arah manapun selain ke arahnya.

Yerin tampak tak sabar, memutuskan untuk mengambil peran menyelamatkan semua orang dari rasa tertekan. “Tidak ada yang salah dengan wajah atau rambutmu,” mata gadis itu turun ke tubuhnya. “Tapi jubahmu.”

Sebelum mengecek apa yang terjadi pada jubahnya, tiba-tiba seisi ruangan kembali hening dengan seluruh pandang mata tertuju pada pintu aula. Seokjin ikut mencari tahu apa yang orang-orang lihat, berakhir mendapati Yoongi yang baru saja masuk dan terlihat bingung dengan suasana terlampau tenang.

Lalu Seokjin melihatnya. Jubah yang Yoongi kenakan—beraksen kuning, berlambang luak, dan Yoongi bukan seorang Hufflepuff.

Netra Yoongi menemukannya kemudian, dan Seokjin berani bersumpah ia mendapati kilat keterkejutan di sana selama sesaat. Seokjin bahkan tidak berani melihat jubah yang kini membalut tubuhnya.

Ini semua dikarenakan cuaca panas yang menyebabkan mereka enggan menggunakan jubah. Menaruh asal di atas meja perpustakaan, mengambil tanpa mengecek terlebih dahulu, kemudian dengan lugu menggunakannya ketika memasuki satu-satunya ruangan di mana semua orang di kastil ini berkumpul.

Seokjin tidak tahu semerah apa wajahnya sekarang. Juga berapa lama mimpi buruk ini akan menjadi teman baiknya.

“Apa ada yang mau mengatakan sesuatu?” Suara Yoongi terdengar dingin dan penuh penekanan, secara otomatis menyebabkan semua orang mengalihkan pandangan dan berpura-pura sibuk melakukan apapun yang dapat menyelamatkan nyawa mereka.

“Kau benar-benar beruntung,” ucap Junghwan antara iri dan tak percaya.

Hanya untuk kali ini, Seokjin menyetujuinya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s