Seumur hidupnya, Seokjin tidak pernah memiliki satu prinsip khusus yang tidak dapat diganggu gugat. Apabila ia dikhianati oleh orang terdekatnya, ia cukup murah hati untuk memberi kesempatan kedua. Apabila hidupnya berubah menjadi neraka, ia akan mencoba untuk memaafkan siapapun yang menjadi penyebabnya. Jika Seokjin memiliki satu prinsip, maka prinsip itu adalah hidup dalam damai dan ketentraman.
Tapi ini—semua yang terjadi beberapa bulan belakangan, benar-benar jauh dari kata damai dan tentram. Tentu “hidup dalam damai dan ketentraman” bukanlah prinisipnya (Seokjin tidak pernah memiliki prinsip utama, ingat?), namun hidup dengan penuh kejutan dan perasaan-perasaan aneh yang tiba-tiba muncul ke permukaan juga bukanlah hal yang diharapkannya.