High School Series: Memories [Chapter 2]

High School Series: Memories

Track 2Baby Maybe [Girls’ Generation]

[I fell in love with you. I got stuck deep in you. What should I do?]

.

.

“Ini pertama kalinya Sungmin tak datang ke ruanganku selama tiga hari berturut-turut.”

Siwon mengerlingkan mata bosan; temannya ini sedikit berlebihan. “Itu salahmu,” tegasnya mutlak. Yesung hanya dapat memandang namja di dekatnya itu putus asa. Ia tahu ini salahnya, tapi seharusnya Sungmin juga tahu bahwa ia hanya salah memilih kata ketika mereka berbincang beberapa hari lalu.

“Kenapa dia tak mengerti?”

Yang lebih muda mendudukkan diri di atas meja dengan tidak sopannya. Masih beranggapan koran di tangannya jauh lebih menarik, ia berkata, “Karena dia masih bocah.”

Continue reading?

High School Series: Memories [Chapter 1]

High School Series: Memories

Track 1Just Once [SJ’s Kyuhyun]

[Do you know about my clumsy love? As I see you turn away, I can’t say anything.]

.

.

Ia tidak pernah pulang ke rumahnya sejak dua tahun lalu. Baginya, sekolah ini adalah rumah barunya—bukan karena hari-hari di sekolahnya sangat menyenangkan, melainkan karena rumah aslinya adalah tempat yang jauh lebih buruk daripada sekolah.

Sebenarnya bangunan rumahnya jauh lebih segalanya. Kamar pribadinya pun tak dapat dibandingkan dengan kamarnya di asrama. Lee Sungmin hanya tidak menyukai orang-orang yang berada di dalam rumah aslinya; para pelayan yang selalu tersenyum palsu, supir dan butler yang gagal berusaha ramah, atau ayahnya yang terus-menerus menekan dirinya agar menjadi sempurna.

Padahal semua orang pun tahu, bahwa di dunia ini kata sempurna hanyalah sebatas kata.

Continue reading?

[Teaser] High School Series: Memories

High School Series: Memories

[Because everyone have their own problems, secrets, and life-missions.]

.

.

Debaran itu masih ada. Rona merah muda itu masih menghias. Kenyamanan itu masih terasa.

Senyum hangat yang kini tampak di hadapannya masih sama seperti beberapa tahun lalu terakhir mereka berjumpa. Tapi rasa sakit hati yang sempat ia rasakan telah menguap entah ke mana. Sekarang, ia sudah baik-baik saja.

Ia memang tak pernah bisa memilih pada siapa hatinya memihak. Setelah sekian tahun pun, perasaan itu masih berbekas. Namun cinta baru yang terlambat disadarinya jauh lebih kuat dan bermakna. Ia takkan menjadi bodoh dan menyakiti hati orang yang kini menghiasi harinya seperti yang pernah ia lakukan bertahun-tahun lamanya.

Continue reading?

Y

Ye-Min 2

Y

 [Bertanya mengapa cinta tak pernah dapat menjadi alasan?]

.

.

Hujan turun dengan derasnya malam itu—menunujukkan keangkuhannya, mengguyur segala sesuatu yang terlihat sejauh mata memandang. Tak ada petir menyambar ataupun dinginnya angin yang berhembus kencang, poin plus tersendiri bagi mereka yang terperangkap di luar sana.

Seorang pria dengan kaos tipis dan jeans panjang berhenti melangkah sesampainya di depan sebuah ayunan yang terletak di taman kota. Hujan masih setia menjatuhkan tetesan dinginnya, namun ia lebih memilih untuk mengabaikan. Sepasang matanya memandangi seseorang yang terduduk di hadapannya; berusaha menyampaikan sebuah perasaan yang tak dapat dijelaskan melalui kata-kata.

“Hei.” Pemuda yang terduduk dengan pakaian basah kuyup melemparkan senyum kecut tanpa memandang sang lawan bicara. Ia mengayunkan ayunan menggunakan kakinya secara perlahan. Rasa sakit di hatinya berusaha ia abaikan. Namun seperti yang selalu terjadi, ia gagal.

Continue reading?