Y
[—Bertanya mengapa cinta tak pernah dapat menjadi alasan?]
.
.
Hujan turun dengan derasnya malam itu—menunujukkan keangkuhannya, mengguyur segala sesuatu yang terlihat sejauh mata memandang. Tak ada petir menyambar ataupun dinginnya angin yang berhembus kencang, poin plus tersendiri bagi mereka yang terperangkap di luar sana.
Seorang pria dengan kaos tipis dan jeans panjang berhenti melangkah sesampainya di depan sebuah ayunan yang terletak di taman kota. Hujan masih setia menjatuhkan tetesan dinginnya, namun ia lebih memilih untuk mengabaikan. Sepasang matanya memandangi seseorang yang terduduk di hadapannya; berusaha menyampaikan sebuah perasaan yang tak dapat dijelaskan melalui kata-kata.
“Hei.” Pemuda yang terduduk dengan pakaian basah kuyup melemparkan senyum kecut tanpa memandang sang lawan bicara. Ia mengayunkan ayunan menggunakan kakinya secara perlahan. Rasa sakit di hatinya berusaha ia abaikan. Namun seperti yang selalu terjadi, ia gagal.