One of These Magical Days – Drabble #3

Kim Ryeowook berdiri di depan pintu masuk asramanya, lalu melirik pintu dan sosok di sebelahnya bergantian. Merlin, tolong lindungi aku, batinnya menjerit putus asa. Ia benar-benar tidak ingin melakukan ini.

“Kau tahu apa yang akan kulakukan adalah tindakan kriminal, bukan?”

“Jangan berlebihan,” lelaki bersurai blond di sisinya tampak tak acuh. “Hanya karena basement Hufflepuff tidak pernah dimasuki oleh murid asrama lain selama setidaknya seribu tahun belakangan, bukan berarti apa yang kau lakukan adalah tindakan kriminal.”

Apa yang dikatakan si Slytherin, Min Yoongi, memang ada benarnya. Tidak ada peraturan tertulis yang melarang murid asrama A untuk masuk ke ruangan asrama B, karenanya apa yang ia lakukan bukanlah tindakan kriminal. Tapi tetap saja.

Rekor asrama Hufflepuff sebagai asrama yang belum pernah dimasuki oleh murid asrama lain akan dihancurkan hari ini. Akibat dirinya yang notabene seorang prefek. Benar-benar memalukan.

Ryeowook mengetuk barrel di satu tempat khusus, dengan irama yang khusus pula—satu-satunya kunci untuk membuka jalan menuju ruang rekreasi Hufflepuff. Yoongi menghafalnya dalam diam, berpikir suatu hari nanti informasi ini akan berguna.

Setelah memastikan hanya terdapat beberapa orang di ruang rekreasi (dan orang-orang itu sibuk dengan urusan masing-masing), Ryeowook memberi kode pada Yoongi untuk masuk dan mengikutinya. Ia membuka pintu kamarnya yang jugalah kamar Seokjin, membiarkan Yoongi masuk dan meninggalkannya di sana setelah berkata, “Aku akan menahan Junghwan, Hoseok, dan Minseok sampai jam sepuluh.”

Bagaimana ini semua bisa terjadi?

Memutar ingatannya ke dua jam sebelumnya, Ryeowook sedang berjalan di halaman depan kastil ketika irisnya menemukan Min Yoongi melangkah ke arahnya. Lebih dua bulan telah berlalu sejak tragedi ramuan Draught of Peace yang terjadi pada Seokjin dan ternyata Ryeowook salah karena merasa nyawanya tak lagi dalam bahaya.

Berdiri di depannya, Yoongi terlihat begitu mengintimidasi meski sang Slytherin berada satu tingkat di bawahnya. Tapi siapa yang tidak menahan napas ketika dihampiri oleh Min Yoongi secara tiba-tiba? Jelas bukan dirinya.

“Kita punya urusan yang belum selesai, Kim Ryeowook,” tegas Yoongi tanpa berbasa-basi, menyebabkan Ryeowook refleks menelan ludah penuh rasa takut.

“Aku sama sekali tidak melakukannya dengan sengaja, sungguh!” Ia berusaha membela diri. “Mana mungkin aku sengaja mencelakai teman sekamarku—”

Mengerlingkan mata, Yoongi menyela, “Aku tahu,” yang sedikit banyak mengejutkan Ryeowook. “Tapi aku butuh bantuan untuk melakukan sesuatu dan kau,” suara rendah Yoongi entah mengapa menyebabkannya merasa tidak nyaman. “Kau akan membantuku.”

Ryeowook mengumpulkan keberanian untuk bertanya, “Dan kenapa aku harus membantumu…?”

Tak ada yang Yoongi lakukan selain menghela napas seolah berbicara dengan Ryeowook adalah hal paling melelahkan sepanjang masa. “Aku mempelajari banyak mantra dan kutukan bahkan sebelum memasuki Hogwarts,” lelaki itu menyempitkan jarak di antara mereka dengan mengambil satu langkah. “Salah satunya adalah mengubah manusia menjadi hewan sepenuhnya. Benar-benar praktis karena hewan tidak bisa berbicara.”

Membatu di tempatnya, ia menunggu Yoongi tertawa dan berkata bahwa apa yang dikatakannya hanyalah candaan suram. Tapi Yoongi tetap diam, menunggu jawabannya dan mulai terlihat tidak sabar.

“A-aku akan membantumu, oke? Jangan mengatakan hal menyeramkan seperti itu lagi, astaga,” ungkapnya seraya mengangkat kedua tangan dan melangkah mundur.

“Bagus. Aku bercanda, tenang saja.”

Kim Ryeowook tahu anak itu sama sekali tidak bercanda.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s