Speak Now: Last Kiss

Speak Now

Track 13Last Kiss [KangYe/AU]

[—Your name forever the name on my lips.]

.

.

“Kau mencintaiku. Akui itu.”

Kim Jongwoon terperangah dengan bodohnya. Ia hanya tak menyangka ada manusia dengan tingkat percaya diri di atas rata-rata seperti manusia di depannya. Lagipula siapa pula yang jatuh cinta? Ini namanya fitnah.

—Oh, dan Jongwoon tak bermaksud munafik, tentu saja.

Saudara jauhnya ini memang tampan, cerdas, dan menarik. Banyak orang bertekuk lutut hanya karena senyuman atau seringai menyebalkannya. Tapi Jongwoon membenci senyumannya—karena senyuman saudaranya itu adalah yang pertama kali ia lihat ketika dirinya tercebur ke dalam kolam berenang berkedalaman dua meter di umur lima tahun akibat, yeah, orang itu sendiri.

Continue reading?

Shining Star

Ye Enlist

Shining Star

 [Always hoping that you’ll be smiling at that place.]

.

.

Banyak yang telah berlalu sejak lebih dari sepuluh tahun terakhir ini. Sangat banyak; tak terhitung dan tak ternilai harganya. Kenangan yang takkan Kim Jongwoon lupakan meski banyak hal tak menyenangkan yang terjadi pula.

Jongwoon tak hidup di masa lalu. Ia hidup di masa kini dan untuk masa depan. Tapi ia cukup dewasa untuk menyadari bahwa apa yang menyebabkannya dapat menjadi dirinya yang sekarang adalah masa lalu. Semua dan tanpa terkecuali.

Keluarganya tidak seperti keluarga Choi Siwon dan Lee Sungmin yang kaya raya. Tidak pula seperti keluarga Cho Kyuhyun yang banyak beroperasi di bidang pendidikan. Keluarga Jongwoon sama seperti kebanyakan keluarga lainnya, tak ada yang spesial—biasa dan sederhana. Tapi tak berbeda dari member sisanya, dengan dorongan ‘biasa dan sederhana’ menyebabkannya tahu apa arti berjuang dan bersabar.

Continue reading?

Fiction [Chapter 1]

Fiction

HanAiren’s Request: A fict with Leeteuk, Heechul, Hangeng, and Kibum in it.

Chapter 1Let Me Go

[Cause sometimes, when you realize something, everything already turn out useless.]

.

.

Ia tak pernah tahu.

Bagaimana sakitnya hati orang-orang yang ditinggalkan, berapa banyak tetes air mata yang terjatuh karena merasa kehilangan, sesakit apa hati yang sesak akibat kepergian. Ia tak pernah tahu.

—Dan takkan pernah tahu.

Adanya banyak orang yang selalu memperhatikannya, adanya banyak orang yang ikut merasakan kepedihan dan kesenangan yang ia rasakan, adanya banyak orang yang mencoba mengerti dan memahaminya. Ia tak mau tahu.

Ia tak mengerti.

Continue reading?