One Kiss [Chapter 1]

One Kiss

Chapter 1First Kiss

[—Because I was born as me, I couldn’t know about this common kiss and this rough heart.]

.

.

Banyak orang jatuh cinta dikarenakan pertemuan tak sengaja—pandangan pertama, bersitatap, atau sejenisnya. Sebagian lain dikarenakan terbiasa bersama, rasa yang tumbuh perlahan hingga akhirnya berakar kuat di dalam sana. Tak jarang pula yang masuk jebakan benci menjadi cinta, atau karma, atau entahlah.

Cho Kyuhyun adalah seseorang yang mempercayai takdir. Ia percaya pada kemungkinan cinta pandangan pertama, juga kenyataan bahwa jodoh bisa berada di mana saja. Kyuhyun memiliki kepercayaan terkesan manis meski sifatnya jauh dari kata bermakna baik tersebut.

Meski  selalu dikatakan memiliki pribadi keras kepala, serampangan, egois, dan berbagai hal negatif lainnya, sebenarnya Kyuhyun tak semenyeramkan yang orang-orang katakan. Mungkin memang tergolong siswa yang merepotkan—tapi setidaknya, ia masih memiliki poin plus yang membuat orang-orang berpikir dua kali tentang dirinya.

Wajah tampan, otak jenius, dan berasal dari keluarga terpandang.

Kyuhyun menggunakan kelebihannya sebaik mungkin; menjadi murid teladan dan mengikuti akselerasi, populer dan disegani, memiliki image dingin dan tak terjangkau, dan sebagainya. Sebenarnya bukan itu yang ia inginkan—semuanya terjadi begitu saja.

Dan Kyuhyun menyadari bahwa segalanya terasa membosankan.

“Kau harus jatuh cinta, Kyuhyun-ah. Hidupmu pasti berubah seratus delapan puluh derajat,” nasihat Lee Donghae, satu dari segelintir orang yang dapat ia kategorikan sebagai teman. Kyuhyun hanya dapat mencebik mendengarnya, merasa kalimat yang pemuda pirang itu katakan sangatlah tidak masuk akal.

Apa susahnya jatuh cinta? Ia bisa mendapatkan gadis mana saja jika ia menginginkan.

Donghae menggelengkan kepala, menghela napas dramatis mendapati reaksi standar temannya. “Ada perbedaan besar di antara mendapatkan hati seseorang dan jatuh cinta.”

Bukan berarti Kyuhyun tak percaya dengan perasaan dan kata cinta. Ia tahu dan percaya, hanya saja belum pernah merasakannya. Lagipula apa spesialnya jatuh cinta hingga dapat mengubah hidup monoton yang ia jalani beberapa tahun lamanya?

Kyuhyun menghela napas—saat ini, ia baru saja menghajar seorang kakak kelasnya karena sunbae itu berani memakinya di depan umum dengan alasan bodoh seperti; kekasihnya meminta putus karena jatuh cinta pada seorang Cho Kyuhyun. Ini salah siapa? Kyuhyun tak merasa melakukan apapun hingga menyebabkan kekasih kakak kelasnya itu berpaling pada dirinya.

“Hebat, Cho Kyuhyun,” sindir Donghae ketika mereka berjalan di koridor sekolah setelah insiden menghajar si sunbae tak tahu diri. Bel pertanda istirahat usai telah berdering sejak setengah jam lalu, menyebabkan tak ada siapa pun selain mereka yang berani berjalan bebas di koridor sekolah.

Namun, itu seharusnya. Donghae memicingkan mata tatkala mendapati seorang namja berlari dari ujung koridor ke arah di mana mereka berada—Kyuhyun yang beberapa langkah di belakangnya tak acuh, sibuk merapikan seragam agar terhindar dari teguran guru galak yang bisa saja lewat tanpa aba-aba.

Dengan segala keisengan akibat murni mencari hiburan, Donghae menjulurkan kakinya ketika pemuda berseragam berbeda itu melewatinya—menyebabkan insiden lain yang menimbulkan efek lebih bahaya. Pemuda itu tersandung, lalu menabrak tubuh Kyuhyun, dan keduanya terjatuh.

Kyuhyun bahkan tak sempat memproses apa yang tengah terjadi. Ia hanya dapat merasakan tubuhnya dihantam oleh sesuatu—atau seseorang?—hingga ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh di bawah sesuatu yang di luar perkiraan adalah seorang manusia.

Bukan, bukan itu yang menjadi masalah. Donghae merasa bahwa ia tengah menonton drama televisi remaja secara langsung sekarang; sial, Kyuhyun dan pemuda itu terjatuh, dengan posisi Kyuhyun ditindih, dan bibir dua orang itu bersentuhan.

“K-Kyuhyun-ah… aku…”

Sang pemuda yang jugalah korban langsung terbelalak dan bangkit menyadari posisinya yang sangat tak wajar. Wajahnya memerah dikarenakan rasa malu dan bersalah. Ia bahkan tak sanggup mengeluarkan suara atau mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan pada Kyuhyun yang bergeming tak percaya.

Donghae menyiapkan mental dan fisiknya ketika Kyuhyun bangkit secara perlahan. Ia memejamkan mata, namun tak merasakan apapun melainkan mendapati Kyuhyun menghampiri si namja tak bersalah. Ini salahnya—ia tahu bahwa Kyuhyun tahu, tapi kenapa malah namja itu yang menjadi sasaran?

“Siapa namamu?” tanya Kyuhyun dengan nada bicara normal dan tenang. Donghae mendengarnya sebagai peringatan kematian yang telah dekat dan siap menjemput kapan saja. Siapa pun pemuda itu, setelah ini, ia yakin Kyuhyun takkan melepaskannya dengan mudah.

Meski terlihat ragu, akhirnya murid berkemungkinan besar berasal dari sekolah yang berbeda itu mengeluarkan suara. “Um… Yesung.”

Setelah mengangguk satu kali, Kyuhyun melangkah menjauh dalam diam—menyisakan dua orang di belakangnya megedipkan mata beberapa kali dengan bodohnya. Yesung murni karena clueless, sedangkan Donghae karena merasa tebakannya meleset terlalu jauh.

Sedangkan Kyuhyun, kini menyeringai tanpa alasan tertentu. Mungkin hidupnya benar-benar akan berubah mulai dari sekarang; karena awalnya saja sudah berbeda dari kebanyakan orang. Lagipula, jika kebanyakan manusia jatuh cinta akibat pandangan pertama, Kyuhyun malah jatuh cinta pada ciuman pertama.

Mungkin.

#

Lee Donghae tak mau membahas kejadian kemarin siang saat ini atau kapan pun, karena jika Kyuhyun mengingatnya, bisa saja temannya itu ingat bahwa ia lah yang patut disalahkan, bukan murid bernama Yesung yang sebenarnya jugalah korban di sana.

Tapi kemarin Kyuhyun memintanya untuk mencari informasi tentang Yesung sebanyak yang ia bisa, tentang segalanya yang berhubungan dengan namja pemilik suara bariton itu. Donghae ragu untuk mengingatkan, namun ia tak ingin segala usahanya sia-sia.

“Kyuhyun-ah, aku sudah tahu siapa orang itu.”

“Benarkah? Cepat sekali, Hyung.”

Kyuhyun menjadikan Donghae sebagai pusat pandangannya sekarang—baru kali ini ia menjadikan game sebagai nomor dua sepanjang masa hidupnya. Ia memberikan tatapan yang seolah berkata tolong-lanjutkan-dan-ceritakan-padaku, menunggu dalam diam dan mengabaikan ketika Donghae mengernyit kebingungan.

“Dia adik Heechul-hyung, Bodoh,” ucap Donghae seakan ia juga terkejut dengan kenyataan itu. Heechul adalah salah satu sunbae yang dekat dan sering menghabiskan waktu bersama mereka, namun tak satu pun dari dirinya dan Kyuhyun tahu bahwa sunbae cantik itu memiliki seorang saudara sedarah.

Jika Yesung adalah adik Heechul, maka Kyuhyun tahu sedikit-banyak tentang keluarga pemuda itu; ayah mereka adalah rekan bisnis dan teman lama. Kyuhyun juga sering bermain ke rumah Heechul demi memamerkan keahliannya membunuh musuh di layar monitor—namun tak pernah melihat Yesung sekali pun.

“Adiknya itu baru pindah dari Jepang dua bulan lalu, sekarang bersekolah di… ah, aku lupa namanya, lihat saja seragam yang dia kenakan kemarin,” lanjut si pemuda Lee malas, merasa tak ada gunanya karena, well, setelah ini Kyuhyun hanya perlu bertanya pada Heechul lebih lanjut mengenai Yesung, bukan?

Lagipula Donghae tak yakin Kyuhyun masih menaruh dendam setelah mengetahui bahwa Yesung adalah adik dari Kim Heechul. Dan, sekali lagi, ini salahnya, bukan salah Yesung atau siapa pun.

“Kurasa kau tak memiliki alasan untuk mencari tahu tentangnya lagi.” Donghae melirik bukunya yang terbuka lebar, sama sekali tak berguna. “Maksudku, dia adik Heechul-hyung, jadi—“

Kyuhyun mengangguk mengerti. Menurutnya, Donghae memang bodoh dan membutuhkan waktu lebih lama dari yang manusia normal butuhkan untuk mencerna sebuah keadaan yang tengah terjadi. “Aku tidak marah padanya, Hyung. Aku hanya merasa… tertarik?” sambungnya ragu.

Sungguh Kyuhyun tak tahu. Ia hanya ingin tahu segala hal mengenai Yesung setelah kejadian kemarin siang. Yesung adalah lelaki dengan paras yang manis menurutnya—terlihat polos dan sangat menggemaskan ketika merona. Entah apa nama perasaan yang kini ia rasa, untuk sekarang, Kyuhyun memilih untuk tak mempedulikan.

“Aku akan ke rumah Heechul-hyung hari ini.” Kyuhyun kembali meraih PSP-nya yang sempat terlupakan, melanjutkan game yang telah ia tamatkan lebih dari sepuluh kali dengan konsentrasi di atas rata-rata.

“Silakan pergi sendiri, aku sudah punya janji,” balas Donghae sebelum menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Penjelasan guru di depan kelas terdengar bagai lagu tidur baginya—menjadi guru yang baik berartikan menjadi guru yang tak dihargai murid.

Kyuhyun mengangkat bahunya ringan. “Tak ada yang mengajakmu.”

Donghae mencibir, lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela. Tepat di seberang sekolahnya, terdapat sebuah sekolah tak kalah megah—saingan abadi sekolahnya yang sekarang. Dua sekolah terbaik di Seoul, berdiri tepat berhadapan, bersaing entah sejak kapan.

“Tunggu, Kyuhyun-ah?” panggil Donghae seraya menegakkan posisi duduknya. “Aku ingat di mana Yesung bersekolah sekarang.” Sudut bibirnya terangkat, membentuk sebuah seringai puas.

“Di mana?”

Jari telunjuk Donghae menunjuk sekolah di seberang meski tahu Kyuhyun tengah fokus dengan game-nya sekarang. “Tepat di seberang sekolah kita.” Ia meringis, mengingat berapa banyak murid sekolah itu yang memiliki masalah dengan Kyuhyun—sebenarnya Kyuhyun tak pernah mencari masalah, hanya saja selalu terlibat tanpa sebab.

“Pasti merepotkan, ya?” Kyuhyun melirik, mengerti maksud Donghae; jika ia berniat mendekati Yesung, ia harus sering mengunjungi sekolah itu dan bertemu murid-murid di sana. Tentu saja tidak semua murid sekolah itu membenci Kyuhyun, tapi…

“Seperti yang kukatakan. Jika kau jatuh cinta, hidupmu akan berubah drastis.”

Kyuhyun tak yakin ia jatuh cinta, tapi Kyuhyun yakin ia belum pernah tertarik pada seseorang hingga pikirannya selalu terbagi dua seperti sekarang.

#

Seperti yang sebelumnya tertulis dengan jelas tanpa typo atau apapun sejenisnya, Kyuhyun adalah seorang pemuda tampan yang sedikit berandal namun memiliki rasa percaya yang manis walau tak dapat dikategorikan menggemaskan.

Rumit?

Ia tak tahu apa itu cinta, sebenarnya—tapi Kyuhyun memutuskan bahwa cinta itu ada, dan segala sesuatu hal konyol yang berhubungan dengan cinta juga pasti ada; lagipula perasaan bernama cinta memang terdengar sekonyol pengertiannya.

Orang bilang, cinta adalah perasaan abstrak yang membuatmu dapat merasakan kupu-kupu berterbangan dalam perutmu, menimbulkan rasa ingin melindungi dan memiliki di saat bersamaan, juga dapat menyebabkan kecemburuan tak wajar dan kerinduan walau baru saja berjumpa.

Kurang konyol apa?

Tapi Kyuhyun tetap memilih untuk percaya. Lagipula orang juga bilang, karena cinta lah dua insan dapat berujung ke pelaminan. Ia dilahirkan dari ibunya karena sang ibu menikah dengan sang ayah, yang berartikan, dua orang itu saling mencinta. Kyuhyun memilih untuk beranggapan bahwa mungkin saja sekarang belum saatnya ia merasakannya.

Kyuhyun percaya pada cinta pandangan pertama dan tertarik untuk merasakannya, namun ternyata jatuh cinta pada ciuman pertama jauh lebih menantang dan menyenangkan. Ia belum pernah berciuman sebelumnya—meski, uhm, bukan berarti tak tahu dan tak mengerti. Cause after all, he’s not a good boy.

Entah dapat dikategorikan ciuman atau sekedar bibir menempel dengan bibir, Yesung adalah yang pertama baginya. Kyuhyun tak mengerti kenapa di saat ia bersitatap dengan wajah manis itu seluruh rasa kesalnya lenyap tak tersisa; ia bahkan tak menyesal ciuman pertamanya telah direbut seseorang tak dikenal.

Jika Donghae menebak saat itu ia takkan melepaskan Yesung karena emosi atau dendam, Kyuhyun malah merasa ingin terus menahan Yesung dan menyembunyikan pemuda itu untuk dirinya seorang.

Jadi, apakah yang ia rasa adalah jatuh cinta tahap pertama?

Untuk memastikan hal itu lah Kyuhyun masuk ke dalam rumah keluarga Kim sekarang. Rumah sederhana namun mewah itu terlihat tak berpenghuni meski seorang pelayan yang membukakan pintu untuknya tadi masih berdiri di belakangnya.

“Kyuhyun?” panggil Heechul seraya menuruni tangga dengan santai seperti biasa. “Tumben sekali. Sudah lama kau tak berkunjung ke sini.”

Tangan Kyuhyun terangkat sekedar memberi sapaan. Ia baru saja hendak mengeluarkan suara ketika sebuah pintu terbuka dan memperlihatkan sosok yang ia cari—masih dengan seragam yang sama dengan kemarin siang.

Heechul tersenyum senang mendapati sang adik yang entah mengapa terbelalak. Setelah menarik Yesung untuk berdiri di sampingnya dan tepat di hadapan Kyuhyun, ia berkata, “Ah, kebetulan yang menyenangkan. Perkenalkan adikku, Kyu. Dia baru saja kembali dari Jepang dua bulan lalu.” Kali ini ia menepuk pelan pundak Yesung. “Jongwoon-ah, ini Kyuhyun, teman merangkap adik kelasku.”

Mendengar nama asing itu, Kyuhyun mengernyitkan dahinya bingung. “Jongwoon?”

Sang sunbae mengangguk kecil. “Namanya Jongwoon. Kau bisa memanggilnya Yesung,” jelasnya ringan. Heechul melirik sang adik yang menarik pelan ujung pakaiannya, lalu mendapati Yesung membisikkan sesuatu seolah takut Kyuhyun akan mendengar.

“Ah, begitu.” Heechul mengacak surai merah marun dongsaeng-nya gemas, lalu melirik Kyuhyun yang masih berekspresi datar. “Jadi, kau tidak bermaksud menghakimi anak ini karena insiden kemarin, bukan, Kyu?” tanyanya dengan nada mengintimidasi.

Kyuhyun menggelengkan kepalanya tak tertarik—atau lebih tepatnya, pura-pura tak tertarik. “Tidak setelah tahu dia adikmu, Hyung. Lagipula semua itu salah Donghae-hyung,” jawabnya seraya menyerahkan sebuah bingkisan pada Heechul. “Untukmu. Appa menitipkannya padaku.”

Heechul menerimanya dengan senang hati sebelum akhirnya berlalu dan berkata, “Berbincanglah dengan Yesung, aku akan meletakkan bingkisan ini di tempat seharusnya.” Hanya Tuhan yang tahu apa isi bingkisan itu, dan Kyuhyun memilih untuk tak peduli. “Jangan terlalu galak padanya, efek home-schooling membuatnya menjadi tertutup dan pemalu,” lanjutnya sebelum menghilang di lantai atas.

Keadaan menjadi canggung seketika. Yesung hanya dapat menundukkan kepala ketika menyadari bahwa kini Kyuhyun tengah memandanginya intens. Kakaknya adalah orang baik, karena itu ia percaya bahwa semua teman Heechul pasti orang baik pula. Hal sama berlaku pada Kyuhyun, ‘kan?

“Tentang kejadian kemarin siang, maafkan aku.” Ia berucap dengan suara pelan—setidaknya mengerti bahwa tak ada manusia yang tak marah jika tertimpa kesialan seperti yang terjadi di antara mereka. “Aku tahu aku salah karena berlari di koridor, tapi aku tak tahu bahwa kaki temanmu berada di sana,” jelasnya tanpa bermaksud membela diri.

“Aku tahu,” balas Kyuhyun singkat. Sepasang matanya tak bisa lepas dari segala gerak-gerik kecil yang Yesung lakukan. Pemuda lebih pendek beberapa senti darinya itu benar-benar menyita perhatiannya. Kyuhyun tak tahu hanya dengan melihat Yesung dalam jarak sedekat ini dapat menguapkan akal sehatnya entah ke mana.

Sang namja polos tersenyum kecil, mencuri pandang sesekali. “Terima kasih.” Ia dapat melihat Kyuhyun melemparkan tatapan tak mengerti, menyebabkannya kembali bersuara. “—Untuk tidak memarahiku. Aku semakin yakin semua teman Heechul-hyung baik dan dapat diandalkan.”

Kyuhyun bergeming di tempatnya. Entah pemuda di hadapannya lugu atau apa, ia semakin merasa bahwa Yesung sangat menggemaskan. Dan lagi, Heechul berkata bahwa adiknya itu mengikuti home-schooling, lalu kenapa harus di Jepang?

Selain itu, Kyuhyun yakin ingatannya benar mengenai Donghae yang dulu juga mengikuti home-schooling sebelum berakhir pindah ke sekolah mereka. Pemuda pirang itu bisa menjadi sangat polos dan lambat dalam memproses suatu hal—apakah semua anak yang mengikuti home-schooling memang selalu terkena efek semacam itu?

Kyuhyun kembali memusatkan perhatiannya pada Yesung yang kini memberanikan diri membalas tatapannya. Tak ada sedikit pun bagian dari wajah Yesung yang terlihat mirip dengan Heechul—sedangkan soal bibir, Kyuhyun rasa ia mulai tergoda untuk merasakannya sekali lagi; kali ini dengan alasan mengambil ciumannya yang telah dicuri.

“Yesung-ah, mendekatlah,” perintahnya kemudian. Ia mendapati sang pemilik surai merah marun melangkah mendekati dirinya dengan ragu. Kyuhyun meraih pergelangan tangan Yesung dan menyudutkan namja itu pada tembok di belakangnya, mengabaikan tatapan terkejut bercampur bingung yang ia dapatkan.

Dengan sekali gerakan, ia menyatukan bibir mereka ke dalam sebuah ciuman yang lebih pantas disebut ciuman—lebih dalam dan bergairah—dengan naluri sebagai panduan. Kyuhyun tahu Yesung tak memberontak dikarenakan rasa kaget yang mendera, dan ia memanfaatkan keadaan itu sebaik mungkin. Menyusupkan lidah, mengecap segala yang dapat ia rasa… ternyata, begini lah rasanya.

Setelah merasa kebutuhan akan oksigen telah diambang batas, dengan berat hati Kyuhyun melepaskan french-kiss pertamanya. Ia dapat melihat Yesung tengah mengatur napas dengan susah payah; wajah memerah, benang saliva, dan segala hal yang menyebabkan hasratnya naik dengan cepat.

“Kuambil ciumanku kemarin,” bisiknya diikuti sebuah seringaian. Kyuhyun menjilat sudut bibir Yesung sebelum berbalik dan berjalan menuju pintu keluar tanpa rasa bersalah. “Jangan beritahu Heechul tentang ini, katakan aku punya urusan dan harus pulang sekarang juga.”

Bersamaan dengan pintu yang tertutup rapat, Yesung tahu hidupnya takkan lagi seaman sebelumnya.

ToBeCont

Credit title: Kim Jaejoong’s First Mini Album – Mine; One Kiss

Actually, when I think about a fluffy plot, lime just comes out from nowhere. How could this happend to me TT But KyuSung… Kissing… Lime thingy… God, forgive me XD

49 thoughts on “One Kiss [Chapter 1]

  1. Awalnya masih bingung alur ceritanya…tpi lama2 menghanyutkan* . 🙂
    Author cepet d lnjut y ff nya…. aq tunggu lho????

  2. Yak!! kyu nakal baru kenalan udh nyium aja…kasian yesung hidup.a bakal ga tenang tuh kalo udh berhubungan dengan si Evil.
    Yesung oppa aq siap qok melindungimu dr si evil 🙂
    update kilat ya thor ga sabar pengin liat kelanjutan.a 😀
    HWAITING!!!

  3. Uhh..
    Author-ssi…
    Ini errr fluff tapi menegangkan 😀
    Aw..
    Suka banget sama karakter cho disini 🙂
    Errr…
    Dan utk yesung, no coment dulu deh..

    Pokonya ini ff awed bangetdddd

  4. aku suka banget ceritanya thor, daebak joengmal daebakia
    update kilat petir halilintar ya thor fighting XD

  5. unn bingung chagi ffmu memiliki daya tarik sendiri untuk ku baca.

    Aku suka kata “apa specialnya jatuh cinta ” he..hr

    ishhh. saengieku mulai nakal, ffnya ada kiss2 an he..he

    good ff , di tunggu next chnya ^^

    1. I have a pheromone XD terima kasih Unnie^^
      Fict-ku yang lain juga ada adegan kissu, tapi memang tidak se-detail di fict ini hehehe><
      Ne, Unnie!^^ gomawoyo~

  6. aduuh dsini sungie lugu bnget sihh jdii gemes.. pengen nyubit pipi.y!
    appa aq jga mau dong ngerasain manis.y bibir eomma…
    *dideatghlareKyu

  7. Nae pernah c0ment ep_ep nie. Tpi knpa tak ada ?! *pundung

    kkk~ spicles dah bca ep_ep nie. Krent . . .
    nae suka beud sma krakter Encung yg pol0s lugu uxu” gtu kyaaa .. . . *readersaraph Kyu giling(?) beud yk pinter beud memanfaatkan kesempatan ^^

  8. Uwooooooooo~~ ini gilaaaaaaaaa…
    km gk innocent lagi shiki wkwkwkkw…
    okay ini epep bakal menaik rate atau kagak /slap/ kkk~
    ditunggu ya saeng chagi~~ don’t call me ramyun again okay 😉 *wink* XD
    FIGHTING!!

  9. annyeong. aku reader baru disini. aku suka karakternya kyu disini. kesannya gmna gitu (?). hah aku mulai ngelantur. daripada tambah ngelantur. lebih baik aku sudahi aja. semoga komen ku bermanfaat (?) 😀

  10. Annyeong.. 😀
    aku readers baru dan nemu (?) ff ni di google.. 🙂

    Aaaaaa~ ><
    ska bgt ma karakter kyu dan yesung.. Kyu yang bad boy dan yesung yang polos.. 🙂

    aww.. Kyu ketagihan eoh nyium yesung lg.. Kkekeke~
    ksian yesung yg polos psti lama kelamaan ternodai oleh kyuhyun.. XD

    Nice ff chingu.. ^^

Leave a reply to Niraa Cancel reply