Recipe

https://i0.wp.com/upload7.ir/images/48631542838917172846.jpg

Recipe

@claudiangel_’s Request: A fluff HaeWook fanfiction.

[—You’re so cute, don’t be surprised, I’ll stop playing around.]

.

.

Semua orang tahu bahwa bukan Lee Donghae yang bertugas di dalam dapur, melainkan sang eternal maknae, Kim Ryeowook. Tapi tak ada yang tahu bahwa bukan hanya Ryeowook yang bisa membuat sebuah resep—Donghae juga bisa membuatnya, meski dalam arti kata lain.

“Ryeowook-ah,” panggilnya seraya memasukkan beberapa potongan buah apel ke dalam mulutnya. Ia dapat melihat Ryeowook sedang memasak memunggunginya, sibuk dengan segala peralatan dapur tanpa menghiraukan keadaan sekitar.

Donghae ingat Ryeowook pernah menyuruhnya untuk memanggil pemuda itu kapan saja tiap kali ia merasa kelaparan. Sekarang ia merasakannya—jadwal padat membuatnya tak sempat mampir ke sebuah restoran untuk makan—dan ini tengah malam. Ryeowook sempat menolak, namun dengan sedikit ancaman, namja mungil itu tengah melakukan perintahnya sekarang.

Mungkin karena itu Ryeowook tak menanggapi panggilannya. Donghae tersenyum kecil, tahu bahwa sang dongsaeng merasa kesal sekarang. Tapi ini darurat; perutnya mulai terasa sakit dan melakukan demonstrasi akibat terlalu lama tak diisi. Dan ia tahu bahwa Ryeowook takkan sampai hati untuk menolak.

“Kau ini benar-benar memanfaatkan keadaan, Hyung,” protes sang DJ Sukira. Donghae tertawa menanggapi, memilih fokus pada sebuah mangkuk yang Ryeowook hidangkan di depan wajahnya. Ia meraih sebuah sendok yang berada dalam jangkauan, mulai menyuapkan makanan itu tanpa banyak berkomentar.

Ryeowook menghela napas, memilih untuk mengambil segelas minuman sebelum duduk di hadapan hyung-nya yang tampak tak ingin diajak bicara. Ini sudah lewat tengah malam, dan yang lebih menyebalkan, ia sudah terlelap sejak pulang dari Sukira. Di luar perkiraan, ternyata Donghae tega membangunkannya.

Setelah meneguk air dingin yang tadinya ia ambilkan untuk si Lee, Ryeowook memilih untuk menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan kepala. Ia memejamkan mata, mencoba untuk terlelap namun gagal akibat Donghae yang—entah iseng atau tidak—menepuk kepalanya.

“Apa?” ketusnya malas. Ryeowook mengerjap ketika melihat sebuah sendok di depan wajahnya—juga wajah Donghae yang seolah memerintahkan untuk membuka mulut dan menerima suapannya. Ryeowook menurut, membiarkan masakannya sendiri masuk ke dalam mulutnya; tidak buruk, ternyata resep yang ia ciptakan bersama Henry dan Sungmin beberapa hari lalu cocok dengan tangannya.

“Kau semakin pintar memasak,” puji Donghae, bermaksud untuk menciptakan senyuman pada wajah Ryeowook. “Benar-benar calon istri yang baik,” lanjutnya tanpa menghiraukan tatapan horor sang mantan pemilik surai merah muda.

Yang lebih muda bangkit, terbatuk dengan sengaja beberapa kali sebelum melangkah ke dalam dapur untuk mengambil segelas minuman lagi. Donghae memang paling pintar dalam hal membuat suasana menjadi canggung. Lagipula Ryeowook benci diperlakukan seperti perempuan—kenapa ia harus sedangkan dirinya adalah seorang lelaki tanpa kelainan apapun?

Ryeowook sempat berharap Donghae telah menyelesaikan makanannya dan kembali ke dalam kamar, tapi ternyata salah satu dancer utama SJ itu masih terduduk di sana, menatap dirinya lurus seolah menunggu kedatangannya.

“Haus,” ujar si pemuda lebih tua dengan polosnya, berhasil menyebabkan Ryeowook menggeram dan malu dengan pemikirannya yang terlalu jauh—ia pikir Donghae menunggunya dengan alasan entah apa, seperti ingin berbincang atau mengatakan hal serius, namun ternyata sekedar menunggu minum.

“Kembali ke kamarmu dan jangan keluar lagi.” Ryeowook berkata dengan nada mengancam. Rasa kantuknya menguap hingga mungkin ia akan menghabiskan malam ini untuk bergelut dengan not balok dan juga angka. Dasar hyung sialan, batinnya tanpa melirik Donghae yang bangkit dari posisi duduk, namun masih tak beranjak.

Donghae tertawa, melangkah mendekati lelaki manis yang telah ia kenal bertahun-tahun lamanya. Menggunakan salah satu tangannya, ia menarik kepala Ryeowook hingga bersandar pada dadanya tanpa membiarkan sepatah kata protes terdengar.

Beberapa detik kemudian, ia menggunakan kedua tangannya untuk merengkuh sang dongsaeng dalam pelukan hangat. “Terima kasih makanannya.” Ia berbisik tepat pada telinga Ryeowook. Posisi itu bertahan selama beberapa menit karena Donghae yakin si eternal maknae—yang belakangan ini gemar mengganti warna rambut—belum selesai memproses keadaan.

“Ini bukan pertama kalinya hal ini terjadi, tapi ini pertama kalinya kau berterima kasih.” Ryeowook berusaha melepaskan pelukan itu, namun Donghae melingkarkan kedua tangannya terlampau erat meski setidaknya ia masih bisa bernapas. “Aku ingin kembali ke kamar, Hyung.”

Apa yang ditakuti oleh namja paling mungil di Super Junior itu hanyalah Donghae menyadari detak jantungnya yang menggila. Seharusnya Ryeowook menganggap apa yang kini terjadi tak berbeda jauh dengan fan-service yang biasanya mereka tampilkan di atas panggung, tapi entah mengapa semua ini terasa berbeda. Terlampau hangat dan membuatnya tak rela jika harus melepaskannya.

“Aku menyayangimu.”

Apa lagi kali ini? Sebagai dua orang yang mengenal sejak lama dan sering menghabiskan waktu bersama, tentu saja mereka saling menyayangi—sebagai saudara. Donghae mengatakannya seolah pemuda penggemar ikan itu tak pernah mengatakannya pada member lain, dan Ryeowook tak bisa menahan degup jantungnya yang semakin tak waras.

“H-hyung—”

“Karena itu…”

Donghae melepaskan pelukannya, menatap dalam sepasang mata yang dua kali lipat lebih sipit jika tak menggunakan eye-liner di hadapannya. Ryeowook melemparkan tatapan bingung, sedangkan ia tak berminat untuk memutuskan kontak mata yang entah mengapa terasa mendebarkan.

Ia menunduk, mengecup pipi Ryeowook yang langsung memerah setelahnya. “—Jangan marah jika suatu saat aku membangunkanmu untuk memasak lagi, ne?”

Ryeowook membulatkan mata, tetap bergeming setelah Donghae tertawa dan berbalik meninggalkannya sendirian. “Donghae-hyung!” Ia berseru sebal, merasa dipermainkan. Sejurus kemudian, ia menyeringai kecil dan mengejar si pemilik marga Lee yang baru saja membuka pintu kamar.

Secepat ia menggenggam pergelangan tangan Lee Donghae, secepat itu pula ia menyatukan bibir mereka ke dalam sebuah tautan singkat yang menyenangkan. Ryeowook tersenyum miring, dapat menebak ekspresi terkejut yang hyung-nya perlihatkan.

“Dasar.”

Sebenarnya Donghae tak benar-benar terkejut, ia tahu hal ini akan terjadi. Seraya menarik dongsaeng kesayangannya itu masuk ke dalam kamar, ia mendaratkan kecupan lain yang lebih memabukkan. Mungkin Donghae memang tak pintar dalam hal membuat resep masakan, tapi jika resep itu tentang bagaimana-cara-menaklukkan-Kim-Ryeowook, maka dapat dipastikan ia lah yang terbaik di antara semua orang.

Fin

Credit title&quote: Brown Eyed Girls’s Fifth Album — Black Box; Recipe

Happy birthday, Angel-unnie! This is all I can do to fulfill your request, mianhae ;;

2 thoughts on “Recipe

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s